Trending Template

Makalah : Hadits Tematik

Sabtu, Februari 03, 2018


PENGORGANISASIAN DALAM PERSPEKTIF HADITS

Ilustrasi
oleh: Zulkarnen,S.Pd
Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Lhokseumawe
A.     PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri perlu adanya teman atau orang lain untuk saling melengkapan dan saling berkerjasama dalam menjalani kehidupan maka dari itu dalam buku – buku keilmuan manusia sering disebut makhluk organisasional.
Eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dikenal sebagai makhluk yang multidimensional. Hal ini disebabkan karena banyaknya julukan yang diberikan kepada manusia. Ia dikenal sebagai makhluk sosial (homo socius), makhluk bekerja (homo laden), makhluk yang suka menggunakan lambang-lambang (homo simbolicum), mahkluk organisasional, homo homini socius (sosok manusia sebagai makhluk individu, tapi pada saat bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya), sebaliknya, ada yang menyebut manusia sebagai serigala bagi manusia yang lain (homo homini lupus).[1]
Dalam Alquran Surah Al Maidah ayat 2 Allah menyampaikan
tolong-menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al Maidah: 2)
Oleh karena itu, sejak lahir manusia akan selalu bersentuhan dengan organisasi, mulai dari organisasi genetis (keluarga), organisasi rukun tetangga, rukun warga, organisasi masyarakat, organisasi sekolah (pendidikan), organisasi Negara hingga organisasi dunia, bahkan sampai matipun manusia juga tetap menjadi anggota organisasi kematian.[2]
           
 Secara kodrati manusia terbatas kemampuannya maka adakalanya dia tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya itu sendiri saja. Untuk itu dia harus menggunakan tenaga orang lain dalam arti bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuannya, atau berorganisasi.
Mujamil Qomar menjelaskan terkait wahyu dan akal dengan mengutip pendapat Harun Nasution yang menyimpulkan bahwa wahyu memiliki fungsi konfirmasi dan informasi, memperkuat apa saja yang telah diketahui akal dan menerangkan apa saja yang belum diketahui akal, sehingga menyempurnakan yang telah diperoleh akal. Ketika wahyu (baik Al-Qur’an maupun Hadits)
memberikan ketentuan-ketentuan atau pesan-pesan moral yang dapa dicapai atau dicerna oleh akal maupun sebelumnya akal telah mengetahuinya, maka pada saat
itu wahyu sebagai „konfirmasi‟. Namun ketika wahyu memberikan ketentuan
-ketentuan atau pesan-pesan moral yang tidak terjangkau oleh kekuatan akal berarti wahyu sedang menjalankan fungsi, informasi.[3]
Maka tidak berlebihan jika  Michael Heart menempat  Nabi Muhammad SAW sebagai orang nomor satu paling berpengaruh di dunia bukunya A Ranking of the Most Influential Persons in History, atau 100 Tokoh Paling Berpengaruh di dunia. Padahal saat buku tersebut ditulis 2012 lalu , ummat kristiani paling banyak di dunia, mungkin ini dikarenakan hanya agama islam yang mengajarkan manajemen khususnya dalam hal pengorganisasian dalam semua bidang kehidupan. Islam mengatur semua aturan bisa dikatakan sejak tidur hingga bangun tidur islam mengaturnya, sejak lahir hingga meninggal islam telah mengaturnya dan dari hal berumah tangga hingga bernegara Islam telah lebih dahulu mengaturnya.


B.     DEFINISI ORGANISASI

Sangat banyak buku yang membahas tentang Organisasi bahkan hampir semua ahli Manajemen membahas dalam bukunya tentang organisasi.
Antara lain beberapa orang ahli mendefinisikan organisasi sebagai berikut.
1.      Malinowski (1961), mendefinisikan organisasi sebagai ”suatu kelompok orang yang bersatu dalam tugas-tugas atau tugas umum, terikat pada lingkungan tertentu, menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan”. Walaupun Malinowski tidak menyebutkan untuk apa berorganisasi, tetapi dapat disimpulkan bahwa kelompok orang yang bekerja sama itu adalah untuk mencapai tujuan yang di ingini.
2.       James D. Mooney (1937), mengatakan bahwa ”organisasi timbul bilamana orang-orang bergabung dalam usaha mereka untuk mencapai tujuan bersama”.
3.      Begitu pula Chester I. Barnard (1938), berpendapat bahwa “organisasi ada bila orang-orang berhubungan satu sama lain, mau menyumbangkan kegiatan-kegiatan atau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”
4.      Terakhir Henry L. Sick (1999), memandang organisasi sebagai suatu kesatuan hubungan yang resmi untuk mencapai tujuan-tujuan.[4]
            Selanjutnya organisasi berasal dari bahasa latin ‘organum’yang dapat berarti alat, bagian, anggota, badan. Dengan demikian organisasi adalah suatu sistem kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.[5]
                        Organisasi merupakan sebuah wadah dimana ada sejumlah manusia saling, berintraksi satu dengan yang lainya, karena adanya satu tujuan dan keinginanyang relatif sama. Kemudian organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya memiliki tugas dam fungsi masing-masing. Sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas dari lingkunganya.[6]

C.    KONSEP ORGANISASI
a.      Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan, yang efektif diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar sehingga mereka bisa bekerja secara efisisen. Memanajemen organisasi juga bisa didefinisikan sebagai tugas, pendelegasian otoritas, dan menetapkan aktifitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki. Manajemen organisasi dapat diartikan seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.[7]

 Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dengan  mudah bisa diluluhlantakkan oleh kebatilan yang tersusun rapi. Ali Bin Talib berkata: “Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi”. Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam segala tindakan sehingga tercapai tujuan.

b.      Unsur – unsur Organisasi
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, organisai merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Atau organisasi dapat diartikan sebagai Proses manajemen untuk mencapai tujuan dengan kombinasi berbagai usaha-usaha orang-orang di bawah pengawasannya.
Adapun Unsur-unsur sebuah organisasi meliputi:
1. Kumpulan dua orang atau lebih
2. Memiliki tujuan yang sama (visi dan misi)
3. Ada proses manajemen (POAC/POSLC)

Kelengkapan sebuah organisasi meliputi :
1. Adanya kepengurusan
2. Adanya aturan main atau AD/ART
3. Adanya anggota organisasi
4. Adanya kesekertariatan
5. Adanya struktur organisasi yang jelas

Elemen Organisasi :
1. Ukuran organisasi (size)
2. Keterkaitan tindakan (interdependent actions)
3. Konteks tempat dan waktu (bounding in space and duration)
4. Kondisi sumber daya (input of resources)
5. Komunikasi (communication)
6. Target hasil (output of organization)

Dari keenam elemen organisasi di atas, komunikasi dipandang sebagai sentral elemen-elemen lainnya dalam kegiatan manajemen organisasi. Alasan pertama, komunikasi memeliki fungsi untuk mempertemukan antara tujuan organisasi dengan terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan lingkungan organisasi. Ketiga, untuk membina hubungan antar an ggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban kerja) organisasi.
Organisasi dinyatakan efektif apabila tujuan anggota organisasi dan tujuan  organisasi tercapai sesuai atau di atas target yang telah ditetapkan. Artinya baik pihak pelanggan internal maupun pelanggan eksternal organisasi merasa puas. Usman menjelaskan beberapa indikator organisasi pendidikan bermutu dan efektif. Indikator tersebut antara lain sebagai berikut: 1) berfokus pada pelanggan, 2) berfokus pada upaya pencegahan masalah, 3) investasi kepada manusia dan menganggap manusia sebagai aset organisasi, 4) memiliki strategi untuk mencapai mutu, 5) memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri (responsif), 6) memiliki kebijakan dalam perencanaan mutu, 7) mengupayakan proses perbaikan terus - menerus dengan melibatkan semua pihak terkait (partisipatif), 8) membentuk fasilitator yang bermutu (mau dan mampu memimpin proses perbaikan), 9) mendorong orang untuk berinovasi dan berkreasi, 10) memperjelas peranan dan tanggung jawab setiap orang, 11) memiliki strategi evaluasi yang objektif dan jelas, 12) memiliki rencana jangka panjang, 13) memiliki visi dan misi, 14) memandang mutu sebagai bagian dari  kebudayaan, 15) meningkatkan mutu sebagai kewajiban, 16) terbuka dan  bertanggung jawab.[8]

Apabila indikator -indikator tersebut dimiliki oleh sebuah organisasi pendidikan Islam, maka organisasi tersebut dapat dikatakan sebuah organisasi yang efektif.
Firman Allah SWT dalam Al Qur an :
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap - tiap umat berlutut. Tiap - tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan(Q.S.al-Jatsiyah: 28)



Terjemahan Al Jatsiyah mengandung arti berlutut dengan lutut untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang dilakukan. [9]
Maka dari itu organisasi harus mampu mempertanggungjawabkan apapun yang telah diperbuatnya, walaupun salah satu anggota yang melakukan perbuatan tersebut, sehingga harus ada kesatuan arah dan kesatuan komando juga komitmen dari para anggota.


D.    PENGORGANISASIAN DALAM PERSPEKTIF HADITS
Mengorganisasi dipahami oleh para ahli manajemen sebagai menempatkan orang tertentu pada posisi dan jabatan yang tepat sehingga tujuan dan target  organisasi dapat tercapai. Dalam praktiknya, Nabi sering melakukan prinsip tersebut. Dalam dunia pendidikan, misalnya, beliau memerintahkan Zaid ibn Tsabit untuk belajar bahasa Ibrani, bahasanya umat Yahudi, dan bahasa Suryani dan tidak memerintahkan sahabat lainnya. Padahal pada saat itu sudah ada beberapa orang sahabat yang pandai membaca dan menulis yang masuk dalam jajaran para penulis wahyu. Namun demikian, Nabi saw. hanya memilih Zayd ibn Tsabit dan tidak yang lain. Dalam keputusannya tersebut, Nabi saw. tidak keliru karena Zayd mampu mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani dalam 7 hari dan sebagian riwayat setengah bulan. Riwayat dan hadis berikut menunjukkan hal itu. Dalam Riwayat Tarmizi di nyatakan
Dari Zayd ibn Tsabit berkata: Rasulullah saw. memerintahkanku untuk belajar bahasa Yahudi. Beliau bersabda: ‘Sungguh, demi Allah, saya tidak percaya kepada orang Yahudi untuk membacakan surat (yang dikirim dalam bahasa mereka atau Ibrani). Zayd berkata: ‘Tidak lebih dari setengah bulan saya telah menguasainya sehingga apabila beliau berkirim surat kepada orang Yahudi maka saya lah yang menuliskannya dan apabila mereka mengirim surat untuk Nabi saw. maka sayalah yang membacakannya untuk beliau. [10]

Hadits ini mencerminkan pemilihan atau penempatan orang sesuai keahaliannya dan Rasullullah SAW sangat menngetahui akan hal tersebut.

Semntara itu dalam Al quran  pengorganisasian juga di suratkan secara mendalam dan terperinci, salah satunya dari ayat dibawah ini :

Top of Form
Bottom of Form
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
             (berjuang) dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka        
              seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)

Kata shaffan (barisan) adalah sekolompok dari sekian banyak anggotanya yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur. Sedangkan kata marshushun berarti berdempet dan tersusun dengan rapi. [11]
Yang dimaksud ayat ini adalah tentang pentingnya kekompakan barisan, kedisiplinan yang tinggi, serta kekuatan kerja sama dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan tantangan dalam menjalankan suatu. Maksud dari shaff disitu menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan. [12]


Berikut beberapa hal yang berkaitan dalam organisasi yang disebutkan dalam hadits, antara lain ;


1.    Taat Kepada pemimpin

Dalam sebuah organisasi ketaat pada pemimpin sangatlah penting, karena kalau tidak akan berakibatkan fatal contohnya seperti kekalahan kaum muslimin diperang uhud
Imam Bukhari rahimahullahu Ta’ala menceritakan dalam Shahih-nya dari Al- Barra` bin ‘Azib:
جَعَلَ النَّبِيُّ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الرَّجَّالَةِ يَوْمَ أُحُدٍ وَكَانُوا خَمْسِينَ رَجُلا عَبْدَالله بْنَ جُبَيْرٍ فَقَالَ إِنْ رَأَيْتُمُونَا تَخْطَفُنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ هَذَا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا هَزَمْنَا الْقَوْمَ وَأَوْطَأْنَاهُمْ فَلا تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam tentukan seorang komandan bagi pasukan panah yang berjumlah lima puluh orang yang memimpin mereka yaitu ‘Abdullah bin Jubair. Beliau berkata: “Meskipun kamu lihat kami disambar burung, tetaplah kamu di markas kamu ini, sampai kamu dipanggil. Dan kalau kamu lihat kami mengalahkan dan menundukkan mereka, tetaplah kamu di sini sampai kamu dipanggil. [13]
Selain kisah perang tersebut sangat banyak Hadits mengisyaratkan pentingnya berorganisasi dalam islam dan ketaatan kepada pemimpin ;
 حَدِ يْثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, أَطِيْعُواللهَ وَأَطِيْعُو الرَّسُوْلَ وَأَوْلِي اْلأَمْرِمِنْكُمْ, قَالَ: نَزَلَتْ فِي عَبْدِاللهِ بْنِ خُذَافَةَ بْنِ قَيْسِ بْنِ عَدِيٍّ, إِذْبَعَثَهُ النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ.      (أخر جه البخاري )

Artinya:
Ibn Abbas r.a. berkata: Ayat : Athi’ullaha wa athi’urrasula wa ulil amri minkum (taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasulullah dan pemerintah dari golonganmu). Ayat ini turun mengenai Abdullah bin Hudzaifah bin Qais bin Adi ketika diutus oleh Nabi saw. Memimpin suatu pasukan. (Bukhari, Muslim)


 حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَ مَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَ مَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي، مَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي.   (أخرجه البخاري)
Artinya:
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang maksiat kepadaku berarti maksiat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada pimpinan yang aku angkat berarti taat kepada taat kepadaku, dan siapa yang melanggar amier yang aku angkat berarti melanggar kepadaku (Bukhari, Muslim)


1205 حَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ: اَلسَّمْعُ وَ الطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْاِ الْمُسْلِمِ فيما أحب و كره، مالم يؤمر بمعصية، فإذا أمر بمعصية فلا سمع و لا طاعة.أخرجه البخاري)


Artinya:
Abdullah bin Umar ra berkata: Nabi saw bersabda: mendengar dan taat itu wajib bagi seorang dalam apa yang ia suka atau benci, selama ia tidak diperintah berbuat maksiat, maka jika diperintah maksiat maka tidak wajib mendengar dan tidak wajib taat (Bukhari, Muslim). [14]

 حَدِيْثُ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامَنِ، عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ وَهُوَ مَرِيْضٌ، قُلْنَا: أَصْلَحَكَ الله، حَدِّثْ بِحَدِيْثٍ يَنْفَعُكَ اللهُ بِهِ، سَمِعْتَهُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ فَبَايَعْنَاهُ، فَقَالَ فِيْمَا أَخَذَ عَلَيْنَا، أَنْ بَايَعَنَا عَلىَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةَ فِيْ مَنْشَطِنَا وَ مَكْرَهِنَا وَ عُسْرِناَ وَ يُسْرِنَا وَ أَثْرَةٍ صَلَيْنَا، وَ أَنْ لاَ نُنَارِعَ اْلأَمْرِ أَهْلَهُ: إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ فِيهِ بُرْهَانً. (أخرجه البخاري)
Artinya:
Junadah bin Abi Umayyah berkata: Kami masuk kepada Ubadah Abi Ash Shamit ketika ia saki, maka kami berkata: Semoga Allah menyembuhkan engkau, ceritakan kepada kami hadits yang mungkin berguna yang pernah engkau mendengarnya dari Nabi saw. Maka berkata Ubadah: Nabi saw memanggil kami, maka kami berbaiat kepadanya, dan diantara yang kami baiat itu: Harus mendengar dan taat di dalam suka, duka, ringan dan berat, sukar dan mudah atau bersaiangan (monopoli kekuasaan) dan supaya kami tidak menentang suatu urusan dari yang berhak kecuali jika melihat kekafiran terang-terangan ada bukti nyata dari ajaran Allah (Bukhari Muslim). [15]
 Dan masih banyak lagi hadits – hadits yang menyuruh bahwa seorang harus taat kepada pemimpim selama pemimpin itu tidak menyuruh bermaksiat kepada Allah yaitu menyuruh hal – hal yang dilarang dalam agama.



2.    Saling Membantu

Hadits riwayat Mughirah ra., ia berkata:  Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Suatu kaum dari umatku akan senantiasa saling membantu membela manusia hingga datang hari kiamat sedang mereka tetap saling membantu. (Shahih Muslim No.3545)

Imam Nawawi dadalam Hadist Arbainnya yaitu hadits ke 36 menyampaikan hadits Tentang Anjuran Saling Menolong Sesama Muslim
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ   فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ .
Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat.Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur’an secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah (ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (Lafazh riwayat Muslim no. 2699].” [16]
Dalam hadits tersebut Rasul SAW sangat menganjurkan kita untuk saling tolong menolong dalam kehidupan kita, saat kita menolong orang lain Allah akan selalu mencukupi kekurangan kita dan selalu menolong kita.
Sebagai contoh sikap saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

انْصُر أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظلُو مًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنصُرًُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالََ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ
Bantulah saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya. Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, kami akan menolong orang yang teraniaya. Bagaimana menolong orang yang sedang berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya.” [HR. al-Bukhâri]
Dalam hadits lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدِّالُ عَلَى الْخَيْرِ كَفَا عِلِهِ
Orang yang menunjukkan (sesama) kepada kebaikan, ia bagaikan mengerjakannya. [HR. Muslim]
Orang berilmu membantu orang lain dengan ilmunya. Orang kaya membantu dengan kekayaannya. Dan hendaknya kaum Muslimin menjadi satu tangan dalam membantu orang yang membutuhkan. Jadi, seorang Mukmin setelah mengerjakan suatu amal shalih, berkewajiban membantu orang lain dengan ucapan atau tindakan yang memacu semangat orang lain untuk beramal [17]
Maka dalam hal saling membantu ini juga selain membantu secara personal islam sangat menganjurkan membantu secara bersamaan, misal adanya lembaga pengelolaan zakat dan infaq juga adanya lembaga lemnbaga humanity yang islami. Tentunya itu adalah sebuah bentuk pengorganisasian yang di ajarkan oleh islam dalam hal saling bantu membantu.



3.    Memilih Pimpinan dalam perjalanan

إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِيْ سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَكُمْ.
Artinya :
“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.” [18]
Dari hadits diatas tercermin bahwah Rasulullah SAW menyampaikan kepada kita pentingnya pengorganisasian, pentingnya ada amir atau ketua dalam sebuah perjalanan, dengan pentingnya ada ketua berarti sangat penting pengorganisasian yang di maksud.
4.    Tanggungjawab

Pertanggungjawaban adalah hal yang paling ini dalam kehidupan manusia, tidak hanya pertanggungjawaban di dunia sesama manusia namun dalam Islam jelas menyampaikan dalam ayat – ayat Al Quraan bahwa akan ada pertanggungjawanban di hari akhir, selain itu dalam hadits – hadits Rasul SAW juga banyak di sabdakan masalah tanggungjawab, berikut salah satu hadits Rasulullah SAW ;

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه




Artinya:

Diriwayatkan Abdullah bin Maslamahdari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin umarr.aberkata :sayatelah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya.
Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban  perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan di tanya perihal keluarga yang dipimpinnya.  Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dar ihal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. ( HR. Bukhori, Muslim) .” [19]


E.     PENUTUP
         Ali bin Abi Thalib telah memberikan gambaran yang gamblang tentang pentingnya berorganisasi bahwa: “kebatilan yang diorganisir dengan rapi akan dapat mengalahkan perkara yang haq namun tidak diorganisir dengan
baik .” Qawl ini mengingatkan kita tentang pentingnya berorganisasi dan pergorganisasian dan sebaliknya bahayanya suatu kebenaran yang tidak diorganisir melalui langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-strategi yang mantap.
Jadi manusia memang membutuhkan organisasi untuk menjalankan visi dan misi hidupnya, Islam melalui Rasul telah jauh hari membuatkan aturan tetang berorganisasi dan mengajurkan manusia untuk hidup berjamaah.


Daftar Pustaka


Al-Thabrani, Mu'jam al-Ausath, juz 22, Mauqi'u al-Islam: Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005.
Dinn Wahyuddin, et.all., Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008)
E-book, hadits Arbain An-Nawawiyah Terjemahan Bahasa Indonesia, edisi 01, 1 januari 2005 h 40
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006)

Hadari Nawawi, Manajemen Strategic Non Profit Dalam Bidang Pemerintahan,          ( Yogyakarta:  Gadjah Mada University Press, 2003),
Khairul Umam,Manajemen organisasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2012)
 Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2013),

Prof. Mirrian Sjofjan Arif, Modul 1, Organisasi dan Manjemen, 2014
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Volume 14),
Samsyu al-Din al-Qurtubi, Jami' al-Bayan li al-Ahkam al-Qur'an, juz 1, (Mauqi'u
               al-Tafasir: Dalam Software Maktabah Samilah, 2005)
Software Index Hadist Bukhari Muslim, kumpulan dan referensi belajar hadist
Soenarto, Ahmad. Terjemahan Riyadus Shalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
Sutarto, Dasar Dasar Organisasi , (Yogyakarta: Gadjah Mada University
          Press, 1989),
Usman, Husaini, Manajemen Pendidikan: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan,    
              Jakarta:  Bumi Aksara, 2008.





[1] Dinn Wahyuddin, et.all., Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008), hlm. 13.

[2] Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h 126.

 [3] Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 45
[4] Prof. Mirrian Sjofjan Arif, Modul 1, Organisasi dan Manjemen, 2014

[5]  Sutarto, Dasar Dasar Organisasi , (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), h. 313.
[6] Hadari Nawawi, Manajemen Strategic Non Profit Dalam Bidang Pemerintahan, ( Yogyakarta:    
   Gadjah Mada University Press, 2003), h. 14.

[7]  Khairul Umam,Manajemen organisasi,(Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 12

               [8] Usman, Husaini, Manajemen Pendidikan: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta:  Bumi Aksara, 2008.

               [9] Al-Thabrani, Mu'jam al-Ausath, juz 22, Mauqi'u al-Islam: Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005.
[10] Dr.Hairul Hudaya, ebook Prinsip – Prinsip Manajemen Pendidikan dalam Hadits,
[11] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Volume 14), hal. 191
[12] Samsyu al-Din al-Qurtubi, Jami' al-Bayan li al-Ahkam al-Qur'an, juz 1, (Mauqi'u al-
Tafasir: Dalam Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 5594
[13] Software Indek hadis Sahih Bukhari.
[14] Software index hadist, Sahih Bukhari muslim.
[15] Software index hadist, Sahih Bukhari muslim.
[16] E-book, hadits Arbain An-Nawawiyah Terjemahan Bahasa Indonesia, edisi 01, 1 januari 2005 h 40


[17] Tafsîr al-Qurthûbi (6/45), Taisîrul Karîmir Rahmân hlm. 182



[18] Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2609). Disha-hihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 763) dan Shahiih Sunan Abi Dawud (II/495).


[19]  Soenarto, Ahmad. Terjemahan Riyadus Shalihin. (Jakarta: Pustaka Amin, 1999)



Share on : Facebook Twitter Google+

Tidak ada komentar:

Posting Komentar