PENGORGANISASIAN
DALAM PERSPEKTIF HADITS
Ilustrasi |
oleh: Zulkarnen,S.Pd
Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Lhokseumawe
A.
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri perlu adanya teman atau orang lain untuk saling melengkapan dan saling
berkerjasama dalam menjalani kehidupan maka dari itu dalam buku – buku keilmuan
manusia sering disebut makhluk organisasional.
Eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dikenal sebagai
makhluk yang multidimensional. Hal ini disebabkan karena banyaknya julukan yang
diberikan kepada manusia. Ia dikenal sebagai makhluk sosial (homo socius),
makhluk bekerja (homo laden), makhluk yang suka menggunakan
lambang-lambang (homo simbolicum), mahkluk organisasional, homo
homini socius (sosok manusia sebagai makhluk individu, tapi pada saat
bersamaan manusia sebagai kawan sosial bagi manusia lainnya), sebaliknya, ada
yang menyebut manusia sebagai serigala bagi manusia yang lain (homo homini
lupus).[1]
Dalam Alquran Surah Al Maidah ayat 2 Allah menyampaikan
“tolong-menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al Maidah: 2)
Oleh karena itu, sejak lahir manusia akan selalu
bersentuhan dengan organisasi, mulai dari organisasi genetis (keluarga),
organisasi rukun tetangga, rukun warga, organisasi masyarakat, organisasi
sekolah (pendidikan), organisasi Negara hingga organisasi dunia, bahkan sampai
matipun manusia juga tetap menjadi anggota organisasi kematian.[2]
Secara kodrati manusia terbatas kemampuannya
maka adakalanya dia tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuannya itu sendiri saja. Untuk itu dia harus menggunakan tenaga orang lain
dalam arti bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuannya, atau
berorganisasi.
Mujamil Qomar
menjelaskan terkait wahyu dan akal dengan mengutip pendapat Harun Nasution yang
menyimpulkan bahwa wahyu memiliki fungsi konfirmasi dan informasi, memperkuat
apa saja yang telah diketahui akal dan menerangkan apa saja yang belum
diketahui akal, sehingga menyempurnakan yang telah diperoleh akal. Ketika wahyu
(baik Al-Qur’an maupun Hadits)
memberikan ketentuan-ketentuan
atau pesan-pesan moral yang dapa dicapai atau dicerna oleh akal maupun
sebelumnya akal telah mengetahuinya, maka pada saat
itu wahyu sebagai „konfirmasi‟.
Namun ketika wahyu memberikan ketentuan
-ketentuan atau pesan-pesan moral
yang tidak terjangkau oleh kekuatan akal berarti wahyu sedang menjalankan
fungsi, informasi.[3]
Maka tidak berlebihan jika Michael Heart menempat
Nabi Muhammad SAW sebagai orang nomor satu paling berpengaruh di dunia bukunya
A Ranking of the Most Influential Persons in History, atau 100 Tokoh Paling Berpengaruh di dunia. Padahal
saat buku tersebut ditulis 2012 lalu , ummat kristiani paling banyak di dunia,
mungkin ini dikarenakan hanya agama islam yang mengajarkan manajemen khususnya
dalam hal pengorganisasian dalam semua bidang kehidupan. Islam mengatur semua
aturan bisa dikatakan sejak tidur hingga bangun tidur islam mengaturnya, sejak
lahir hingga meninggal islam telah mengaturnya dan dari hal berumah tangga
hingga bernegara Islam telah lebih dahulu mengaturnya.
B.
DEFINISI ORGANISASI
Sangat banyak buku yang membahas tentang Organisasi
bahkan hampir semua ahli Manajemen membahas dalam bukunya tentang organisasi.
Antara lain beberapa
orang ahli mendefinisikan organisasi sebagai berikut.
1. Malinowski
(1961), mendefinisikan organisasi sebagai ”suatu kelompok orang yang bersatu
dalam tugas-tugas atau tugas umum, terikat pada lingkungan tertentu,
menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan”. Walaupun Malinowski tidak
menyebutkan untuk apa berorganisasi, tetapi dapat disimpulkan bahwa kelompok
orang yang bekerja sama itu adalah untuk mencapai tujuan yang di ingini.
2. James D. Mooney (1937), mengatakan bahwa
”organisasi timbul bilamana orang-orang bergabung dalam usaha mereka untuk
mencapai tujuan bersama”.
3. Begitu
pula Chester I. Barnard (1938), berpendapat bahwa “organisasi ada bila
orang-orang berhubungan satu sama lain, mau menyumbangkan kegiatan-kegiatan
atau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”
4. Terakhir
Henry L. Sick (1999), memandang organisasi sebagai suatu kesatuan hubungan yang
resmi untuk mencapai tujuan-tujuan.[4]
Selanjutnya
organisasi berasal dari bahasa latin ‘organum’yang dapat berarti alat, bagian,
anggota, badan. Dengan demikian organisasi adalah suatu sistem kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.[5]
Organisasi merupakan sebuah wadah dimana ada sejumlah manusia saling, berintraksi
satu dengan yang lainya, karena adanya satu tujuan dan keinginanyang relatif
sama. Kemudian organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia
yang saling berinteraksi menurut pola tertentu, sehingga setiap anggotanya
memiliki tugas dam fungsi masing-masing. Sebagai satu kesatuan mempunyai tujuan
tertentu dan batas-batas yang jelas, sehingga dapat dipisahkan secara tegas
dari lingkunganya.[6]
C. KONSEP ORGANISASI
a. Manajemen Organisasi
Manajemen
organisasi adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk diselesaikan oleh
anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan, yang efektif
diantara mereka, dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang wajar
sehingga mereka bisa bekerja secara efisisen. Memanajemen organisasi juga bisa
didefinisikan sebagai tugas, pendelegasian otoritas, dan menetapkan aktifitas
yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki. Manajemen organisasi
dapat diartikan seluruh proses pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa. Sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai
suatu tujuan yang telah ditentukan.[7]
Ajaran Islam
senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara
terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir
dengan rapi akan dengan mudah bisa
diluluhlantakkan oleh kebatilan yang tersusun rapi. Ali Bin Talib berkata:
“Kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang
terorganisasi”. Proses organizing yang menekankan pentingnya tercipta
kesatuan dalam segala tindakan sehingga tercapai tujuan.
b.
Unsur – unsur Organisasi
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, organisai merupakan kumpulan dua
orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Atau organisasi dapat
diartikan sebagai Proses manajemen untuk mencapai tujuan dengan kombinasi
berbagai usaha-usaha orang-orang di bawah pengawasannya.
Adapun Unsur-unsur
sebuah organisasi meliputi:
1. Kumpulan
dua orang atau lebih
2. Memiliki
tujuan yang sama (visi dan misi)
3. Ada proses
manajemen (POAC/POSLC)
Kelengkapan
sebuah organisasi meliputi :
1. Adanya
kepengurusan
2. Adanya
aturan main atau AD/ART
3. Adanya
anggota organisasi
4. Adanya
kesekertariatan
5. Adanya
struktur organisasi yang jelas
Elemen
Organisasi :
1. Ukuran
organisasi (size)
2.
Keterkaitan tindakan (interdependent
actions)
3. Konteks
tempat dan waktu (bounding in space and
duration)
4. Kondisi
sumber daya (input of resources)
5. Komunikasi
(communication)
6. Target
hasil (output of organization)
Dari keenam elemen organisasi di atas, komunikasi dipandang sebagai sentral
elemen-elemen lainnya dalam kegiatan manajemen organisasi. Alasan pertama,
komunikasi memeliki fungsi untuk mempertemukan antara tujuan organisasi dengan
terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan
lingkungan organisasi. Ketiga, untuk membina hubungan antar an ggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban kerja)
organisasi.
Organisasi dinyatakan
efektif apabila tujuan anggota organisasi dan tujuan organisasi tercapai sesuai atau di atas target
yang telah ditetapkan. Artinya baik pihak pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal organisasi merasa puas. Usman menjelaskan beberapa indikator
organisasi pendidikan bermutu dan efektif. Indikator tersebut antara lain sebagai
berikut: 1) berfokus pada pelanggan, 2) berfokus pada upaya pencegahan masalah,
3) investasi kepada manusia dan menganggap manusia sebagai aset organisasi, 4)
memiliki strategi untuk mencapai mutu, 5) memperlakukan keluhan sebagai umpan
balik untuk memperbaiki diri (responsif), 6) memiliki kebijakan dalam
perencanaan mutu, 7) mengupayakan proses perbaikan terus - menerus dengan
melibatkan semua pihak terkait (partisipatif), 8) membentuk fasilitator yang
bermutu (mau dan mampu memimpin proses perbaikan), 9) mendorong orang untuk
berinovasi dan berkreasi, 10) memperjelas peranan dan tanggung jawab setiap
orang, 11) memiliki strategi evaluasi yang objektif dan jelas, 12) memiliki
rencana jangka panjang, 13) memiliki visi dan misi, 14) memandang mutu sebagai
bagian dari kebudayaan, 15) meningkatkan
mutu sebagai kewajiban, 16) terbuka dan bertanggung jawab.[8]
Apabila indikator -indikator
tersebut dimiliki oleh sebuah organisasi pendidikan Islam, maka organisasi
tersebut dapat dikatakan sebuah organisasi yang efektif.
Firman Allah SWT dalam Al Qur an
:
Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap - tiap umat berlutut. Tiap - tiap umat
dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi
balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan(Q.S.al-Jatsiyah: 28)
Terjemahan Al Jatsiyah mengandung
arti berlutut dengan lutut untuk mempertanggung jawabkan perbuatan yang
dilakukan.
[9]
Maka dari itu organisasi harus mampu
mempertanggungjawabkan apapun yang telah diperbuatnya, walaupun salah satu
anggota yang melakukan perbuatan tersebut, sehingga harus ada kesatuan arah dan
kesatuan komando juga komitmen dari para anggota.
D.
PENGORGANISASIAN DALAM PERSPEKTIF HADITS
Mengorganisasi dipahami oleh para ahli manajemen sebagai menempatkan orang
tertentu pada posisi dan jabatan yang tepat sehingga tujuan dan target organisasi dapat tercapai. Dalam praktiknya,
Nabi sering melakukan prinsip tersebut. Dalam dunia pendidikan, misalnya,
beliau memerintahkan Zaid ibn Tsabit untuk belajar bahasa Ibrani, bahasanya
umat Yahudi, dan bahasa Suryani dan tidak memerintahkan sahabat lainnya. Padahal
pada saat itu sudah ada beberapa orang sahabat yang pandai membaca dan menulis
yang masuk dalam jajaran para penulis wahyu. Namun demikian, Nabi saw. hanya
memilih Zayd ibn Tsabit dan tidak yang lain. Dalam keputusannya tersebut, Nabi
saw. tidak keliru karena Zayd mampu mempelajari bahasa Ibrani dan Suryani dalam
7 hari dan sebagian riwayat setengah bulan. Riwayat dan hadis berikut
menunjukkan hal itu. Dalam Riwayat Tarmizi di nyatakan
… Dari
Zayd ibn Tsabit berkata: Rasulullah saw. memerintahkanku untuk belajar bahasa
Yahudi. Beliau bersabda: ‘Sungguh, demi Allah, saya tidak percaya kepada orang
Yahudi untuk membacakan surat (yang dikirim dalam bahasa mereka atau Ibrani).
Zayd berkata: ‘Tidak lebih dari setengah bulan saya telah menguasainya sehingga
apabila beliau berkirim surat kepada orang Yahudi maka saya lah yang
menuliskannya dan apabila mereka mengirim surat untuk Nabi saw. maka sayalah
yang membacakannya untuk beliau. [10]
Hadits ini mencerminkan pemilihan atau penempatan orang
sesuai keahaliannya dan Rasullullah SAW sangat menngetahui akan hal tersebut.
Semntara itu dalam Al quran pengorganisasian juga di suratkan secara
mendalam dan terperinci, salah satunya dari ayat dibawah ini :
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
(berjuang) dijalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka
seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh. (Ash-Shaff: 4)
Kata shaffan (barisan) adalah sekolompok dari
sekian banyak anggotanya yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah
yang kukuh lagi teratur. Sedangkan kata marshushun berarti berdempet dan
tersusun dengan rapi.
[11]
Yang dimaksud ayat ini adalah tentang pentingnya kekompakan barisan,
kedisiplinan yang tinggi, serta kekuatan kerja sama dalam menghadapi berbagai
macam rintangan dan tantangan dalam menjalankan suatu. Maksud dari shaff disitu
menurut al-Qurtubi adalah menyuruh masuk dalam sebuah barisan (organisasi)
supaya terdapat keteraturan untuk mencapai tujuan. [12]
Berikut beberapa hal yang berkaitan dalam organisasi yang disebutkan dalam
hadits, antara lain ;
1.
Taat Kepada pemimpin
Dalam sebuah organisasi ketaat
pada pemimpin sangatlah penting, karena kalau tidak akan berakibatkan fatal
contohnya seperti kekalahan kaum muslimin diperang uhud
Imam Bukhari rahimahullahu
Ta’ala menceritakan dalam Shahih-nya dari Al- Barra` bin
‘Azib:
جَعَلَ
النَّبِيُّ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الرَّجَّالَةِ يَوْمَ أُحُدٍ
وَكَانُوا خَمْسِينَ رَجُلا عَبْدَالله بْنَ جُبَيْرٍ فَقَالَ إِنْ رَأَيْتُمُونَا
تَخْطَفُنَا الطَّيْرُ فَلا تَبْرَحُوا مَكَانَكُمْ هَذَا حَتَّى أُرْسِلَ
إِلَيْكُمْ وَإِنْ رَأَيْتُمُونَا هَزَمْنَا الْقَوْمَ وَأَوْطَأْنَاهُمْ فَلا
تَبْرَحُوا حَتَّى أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala
alihi wa sallam tentukan seorang komandan bagi pasukan panah yang berjumlah
lima puluh orang yang memimpin mereka yaitu ‘Abdullah bin Jubair. Beliau
berkata: “Meskipun kamu lihat kami disambar burung, tetaplah kamu di markas
kamu ini, sampai kamu dipanggil. Dan kalau kamu lihat kami mengalahkan dan
menundukkan mereka, tetaplah kamu di sini sampai kamu dipanggil. [13]
Selain kisah perang tersebut
sangat banyak Hadits mengisyaratkan pentingnya berorganisasi dalam islam dan
ketaatan kepada pemimpin ;
حَدِ يْثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُمَا, أَطِيْعُواللهَ وَأَطِيْعُو الرَّسُوْلَ وَأَوْلِي اْلأَمْرِمِنْكُمْ,
قَالَ: نَزَلَتْ فِي عَبْدِاللهِ بْنِ خُذَافَةَ بْنِ قَيْسِ بْنِ عَدِيٍّ, إِذْبَعَثَهُ
النَّبِيُّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ.
(أخر جه البخاري )
Artinya:
Ibn Abbas r.a. berkata: Ayat : Athi’ullaha wa athi’urrasula wa ulil amri minkum (taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasulullah dan pemerintah dari golonganmu). Ayat ini turun mengenai Abdullah bin Hudzaifah bin Qais bin Adi ketika diutus oleh Nabi saw. Memimpin suatu pasukan. (Bukhari, Muslim)
Ibn Abbas r.a. berkata: Ayat : Athi’ullaha wa athi’urrasula wa ulil amri minkum (taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasulullah dan pemerintah dari golonganmu). Ayat ini turun mengenai Abdullah bin Hudzaifah bin Qais bin Adi ketika diutus oleh Nabi saw. Memimpin suatu pasukan. (Bukhari, Muslim)
حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي
فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَ مَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ، وَ مَنْ أَطَاعَ أَمِيْرِي
فَقَدْ أَطَاعَنِي، مَنْ عَصَى أَمِيْرِي فَقَدْ عَصَانِي. (أخرجه البخاري)
Artinya:
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang maksiat kepadaku berarti maksiat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada pimpinan yang aku angkat berarti taat kepada taat kepadaku, dan siapa yang melanggar amier yang aku angkat berarti melanggar kepadaku (Bukhari, Muslim)
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang maksiat kepadaku berarti maksiat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada pimpinan yang aku angkat berarti taat kepada taat kepadaku, dan siapa yang melanggar amier yang aku angkat berarti melanggar kepadaku (Bukhari, Muslim)
1205 حَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا،
عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ: اَلسَّمْعُ وَ الطَّاعَةُ
عَلَى الْمَرْاِ الْمُسْلِمِ فيما أحب و كره، مالم يؤمر بمعصية، فإذا أمر بمعصية فلا
سمع و لا طاعة.أخرجه البخاري)
Artinya:
Abdullah bin Umar ra berkata: Nabi saw bersabda: mendengar dan taat itu wajib bagi seorang dalam apa yang ia suka atau benci, selama ia tidak diperintah berbuat maksiat, maka jika diperintah maksiat maka tidak wajib mendengar dan tidak wajib taat (Bukhari, Muslim). [14]
حَدِيْثُ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامَنِ، عَنْ جُنَادَةَ
بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ، قَالَ: دَخَلْنَا عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ وَهُوَ مَرِيْضٌ،
قُلْنَا: أَصْلَحَكَ الله، حَدِّثْ بِحَدِيْثٍ يَنْفَعُكَ اللهُ بِهِ، سَمِعْتَهُ مِنَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ فَبَايَعْنَاهُ، فَقَالَ فِيْمَا أَخَذَ
عَلَيْنَا، أَنْ بَايَعَنَا عَلىَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةَ فِيْ مَنْشَطِنَا وَ مَكْرَهِنَا
وَ عُسْرِناَ وَ يُسْرِنَا وَ أَثْرَةٍ صَلَيْنَا، وَ أَنْ لاَ نُنَارِعَ اْلأَمْرِ
أَهْلَهُ: إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ فِيهِ بُرْهَانً.
(أخرجه البخاري)
Artinya:
Junadah bin Abi Umayyah berkata: Kami masuk kepada Ubadah Abi Ash Shamit ketika ia saki, maka kami berkata: Semoga Allah menyembuhkan engkau, ceritakan kepada kami hadits yang mungkin berguna yang pernah engkau mendengarnya dari Nabi saw. Maka berkata Ubadah: Nabi saw memanggil kami, maka kami berbaiat kepadanya, dan diantara yang kami baiat itu: Harus mendengar dan taat di dalam suka, duka, ringan dan berat, sukar dan mudah atau bersaiangan (monopoli kekuasaan) dan supaya kami tidak menentang suatu urusan dari yang berhak kecuali jika melihat kekafiran terang-terangan ada bukti nyata dari ajaran Allah (Bukhari Muslim). [15]
Junadah bin Abi Umayyah berkata: Kami masuk kepada Ubadah Abi Ash Shamit ketika ia saki, maka kami berkata: Semoga Allah menyembuhkan engkau, ceritakan kepada kami hadits yang mungkin berguna yang pernah engkau mendengarnya dari Nabi saw. Maka berkata Ubadah: Nabi saw memanggil kami, maka kami berbaiat kepadanya, dan diantara yang kami baiat itu: Harus mendengar dan taat di dalam suka, duka, ringan dan berat, sukar dan mudah atau bersaiangan (monopoli kekuasaan) dan supaya kami tidak menentang suatu urusan dari yang berhak kecuali jika melihat kekafiran terang-terangan ada bukti nyata dari ajaran Allah (Bukhari Muslim). [15]
Dan masih banyak lagi hadits – hadits yang
menyuruh bahwa seorang harus taat kepada pemimpim selama pemimpin itu tidak
menyuruh bermaksiat kepada Allah yaitu menyuruh hal – hal yang dilarang dalam
agama.
2.
Saling Membantu
Hadits riwayat
Mughirah ra., ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda: Suatu kaum dari umatku akan senantiasa saling membantu membela
manusia hingga datang hari kiamat sedang mereka tetap saling membantu. (Shahih
Muslim No.3545)
Imam Nawawi dadalam
Hadist Arbainnya yaitu hadits ke 36 menyampaikan hadits Tentang Anjuran Saling Menolong Sesama Muslim
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا
نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ
عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً
يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا
اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ
وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ
فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبُهُ .
Artinya:
Dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau
bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti
Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat.Barang siapa yang
menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan
di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong
hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya. Barang siapa menempuh
suatu jalan untuk mencari ilmu, pasti Allah memudahkan baginya jalan ke surga.
Apabila berkumpul suatu kaum di salah satu masjid untuk membaca Al Qur’an
secara bergantian dan mempelajarinya, niscaya mereka akan diliputi sakinah
(ketenangan), diliputi rahmat, dan dinaungi malaikat, dan Allah menyebut
nama-nama mereka di hadapan makhluk-makhluk lain di sisi-Nya. Barangsiapa yang
lambat amalannya, maka tidak akan dipercepat kenaikan derajatnya”. (Lafazh
riwayat Muslim no. 2699].” [16]
Dalam
hadits tersebut Rasul SAW sangat menganjurkan kita untuk saling tolong menolong
dalam kehidupan kita, saat kita menolong orang lain Allah akan selalu mencukupi
kekurangan kita dan selalu menolong kita.
Sebagai contoh sikap saling menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
انْصُر
أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظلُو مًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنصُرًُهُ مَظْلُومًا
فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالََ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ
Bantulah
saudaramu, baik dalam keadaan sedang berbuat zhalim atau sedang teraniaya. Ada
yang bertanya: “Wahai Rasulullah, kami akan menolong orang yang teraniaya.
Bagaimana menolong orang yang sedang berbuat zhalim?” Beliau menjawab: “Dengan
menghalanginya melakukan kezhaliman. Itulah bentuk bantuanmu kepadanya.”
[HR. al-Bukhâri]
Dalam hadits lain, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
الدِّالُ
عَلَى الْخَيْرِ كَفَا عِلِهِ
Orang yang menunjukkan (sesama) kepada
kebaikan, ia bagaikan mengerjakannya. [HR. Muslim]
Orang berilmu membantu orang lain dengan ilmunya.
Orang kaya membantu dengan kekayaannya. Dan hendaknya kaum Muslimin menjadi
satu tangan dalam membantu orang yang membutuhkan. Jadi, seorang Mukmin setelah
mengerjakan suatu amal shalih, berkewajiban membantu orang lain dengan ucapan
atau tindakan yang memacu semangat orang lain untuk beramal ” [17]
Maka dalam hal
saling membantu ini juga selain membantu secara personal islam sangat
menganjurkan membantu secara bersamaan, misal adanya lembaga pengelolaan zakat
dan infaq juga adanya lembaga lemnbaga humanity yang islami. Tentunya itu
adalah sebuah bentuk pengorganisasian yang di ajarkan oleh islam dalam hal
saling bantu membantu.
3. Memilih Pimpinan dalam perjalanan
إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِيْ سَفَرٍ
فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَكُمْ.
Artinya :
“Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah
mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.” [18]
Dari hadits diatas tercermin bahwah Rasulullah
SAW menyampaikan kepada kita pentingnya pengorganisasian, pentingnya ada amir
atau ketua dalam sebuah perjalanan, dengan pentingnya ada ketua berarti sangat
penting pengorganisasian yang di maksud.
4.
Tanggungjawab
Pertanggungjawaban adalah hal yang paling ini dalam
kehidupan manusia, tidak hanya pertanggungjawaban di dunia sesama manusia namun
dalam Islam jelas menyampaikan dalam ayat – ayat Al Quraan bahwa akan ada
pertanggungjawanban di hari akhir, selain itu dalam hadits – hadits Rasul SAW
juga banyak di sabdakan masalah tanggungjawab, berikut salah satu hadits
Rasulullah SAW ;
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه
Artinya:
Diriwayatkan
Abdullah bin Maslamahdari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin
umarr.aberkata :sayatelah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang
adalah pemimpin dan akan di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya.
Seorang
kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang
dipimpinnya. Seorang suami akan di tanya perihal keluarga yang
dipimpinnya. Seorang
isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung
jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas
memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dar ihal yang dipimpinnya.
Dan kamu sekalian
pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang
dipimpinnya. ( HR. Bukhori, Muslim) .” [19]
E.
PENUTUP
Ali bin
Abi Thalib telah memberikan gambaran yang gamblang tentang pentingnya
berorganisasi bahwa: “kebatilan yang diorganisir dengan rapi akan
dapat mengalahkan perkara yang haq namun tidak diorganisir dengan
baik .”
Qawl ini mengingatkan kita tentang pentingnya berorganisasi dan
pergorganisasian dan sebaliknya bahayanya suatu kebenaran yang tidak
diorganisir melalui langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-strategi yang
mantap.
Jadi manusia memang membutuhkan
organisasi untuk menjalankan visi dan misi hidupnya, Islam melalui Rasul telah
jauh hari membuatkan aturan tetang berorganisasi dan mengajurkan manusia untuk
hidup berjamaah.
Daftar Pustaka
Al-Thabrani, Mu'jam al-Ausath, juz 22, Mauqi'u al-Islam:
Dalam Software Maktabah Syamilah, 2005.
Dinn Wahyuddin, et.all., Pengantar Pendidikan.
(Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008)
E-book, hadits
Arbain An-Nawawiyah Terjemahan Bahasa Indonesia, edisi 01, 1 januari 2005 h
40
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006)
Hadari Nawawi, Manajemen Strategic Non Profit Dalam
Bidang Pemerintahan, (
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2003),
Khairul Umam,Manajemen organisasi, (Bandung: Pustaka
Setia, 2012)
Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Erlangga, 2013),
Prof. Mirrian Sjofjan Arif, Modul 1, Organisasi dan Manjemen, 2014
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Volume 14),
Samsyu al-Din al-Qurtubi, Jami' al-Bayan li al-Ahkam al-Qur'an, juz
1, (Mauqi'u
al-Tafasir: Dalam
Software Maktabah Samilah, 2005)
Software Index Hadist Bukhari Muslim, kumpulan dan
referensi belajar hadist
Soenarto,
Ahmad. Terjemahan Riyadus Shalihin.
(Jakarta: Pustaka Amin, 1999)
Sutarto, Dasar Dasar Organisasi , (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1989),
Usman, Husaini, Manajemen Pendidikan: Teori,
Praktik dan Riset Pendidikan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
[1] Dinn Wahyuddin, et.all., Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka, 2008), hlm. 13.
[2] Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2006), h 126.
[4] Prof. Mirrian Sjofjan Arif, Modul 1, Organisasi dan Manjemen, 2014
[5] Sutarto, Dasar
Dasar Organisasi , (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989), h. 313.
Gadjah Mada University Press, 2003), h. 14.
[7]
Khairul Umam,Manajemen organisasi,(Bandung: Pustaka
Setia, 2012), h. 12
[8] Usman, Husaini,
Manajemen Pendidikan: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Tafasir: Dalam
Software Maktabah Samilah, 2005), hal. 5594
[18]
Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2609).
Disha-hihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiihul Jaami’ (no. 763) dan Shahiih
Sunan Abi Dawud (II/495).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar