Trending Template

MANAJEMEN KURIKULUM DAYAH TERPADU AL MUSLIMUN LHOKSUKON DALAM MENINGKATKAN PROGRAM TAHFIZ QUR’AN

Senin, September 12, 2022



 0leh : Zulkarnen

IAIN Lhokseumaawe (zulkarnen.ga@gmail.com)


  ABSTRACT

This study aims to find out how the implementation of Curriculum Management in improving the Tahfiz Qur'an program at the Integrated Dayah Al Muslimun Lhoksukon. This research was conducted using a qualitative approach with a descriptive qualitative research type. Information about the research subject was obtained through interviews, observations and documentation of the Dayah Al Muslimun Environment, Dayah leaders, Curriculum Deputy, Tahfiz coordinator, Tahfiz teachers, students and guardians of students. While the data analysis techniques used consisted of data reduction, data display, and drawing conclusions. The results of this study, that curriculum management at the Al Muslimun Integrated Dayah has been running well, as can be seen from the Implementation of the Al Muslimun Lhoksukon Integrated Dayah Curriculum which is complete with related documents. The planning of the Al Muslimun Lhoksukon Integrated Dayah Curriculum has been stated in the Job Description, its implementation by combining two curricula, namely the Indonesian Ministry of Religion curriculum with the Salafi Dayah curriculum which includes the Qur'an tahfiz curriculum. Supporting and inhibiting factors for the management of the integrated Dayah curriculum of Al Muslimun Lhoksukon in improving the Tahfiz Al Qur'an Program, the researchers concluded from several findings in the study, among others, in terms of support, researchers saw support from Dayah leaders, support for guardians of students, interest in students, after studying students. as well as support for facilities and infrastructure, the improvement of the tahfiz program is running well. While the inhibiting factor; lack of teaching staff involved in managing Tahfiz; not comparable between Tahfiz program participants and teachers who pursue, other obstacles are the schedule of Tahfiz programs often collide with other programs, communication between fields is less effective, besides the absence of an independent Tahfiz institution is an obstacle that must be seriously considered by the leaders of the Integrated Dayah Al Muslim.

                       foto : Sintriwati Almuslimun sendang membaca Al Qur'an

                     Keywords: Management, Curriculum, Education, Tahfiz Qur'an.


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Manejemen Kurikulum dalam meningkatkan program Tahfiz Qur’an di dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Informasi mengenai subjek penelitian didapatkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap Lingkungan Dayah Al Muslimun, Pimpinan dayah, Waka Kurikulum, koordinator Tahfiz,guru tahfiz, peserta didik serta wali santri. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini, bahwa manajemen kurikulum di dayah terpadu Al Muslimun telah berjalan dengan baik terlihat dari Pelaksanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon yang lengkap dengan dokumen terkait. Perencanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah sudah tertuangkan dalam Job Description, pelaksanaannya dengan memadukannya dua kurikulum yaitu kurikulum Kementrian Agama RI dengan Kurikulum dayah Salafi yang didalamnya juga sudah termasuk kurikulum tahfiz Qur’an. Faktor pendukung dan penghambat Manejemen kurikulum Dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program tahfiz Al Qur’an,  peneliti berkesimpulan dari beberapa temuan dalam penelitian antara lain, dalam hal dukungan peneliti melihat adanya dukungan pimpinan Dayah, dukungan wali santri, minat santri, usai belajar santri serta dukungan sarana dan prasarana, peningkatan program tahfiz berjalan dengan baik. Sedangkan faktor penghambat; kurangnya tenaga pengajar yang dilibatkan, dalam mengelola Tahfiz; tidak sebanding antara perserta program Tahfiz dengan guru yang mengejar, penghambat lain adalah jadwal program Tahfiz sering terbentur dengan program lain, komunikasi antar bidang kurang efektif, selain itu belum adanya perlembagaan Tahfiz yang mandiri menjadi kedala yang harus diperhatikan dengan serius oleh pihak petinggi dayah Terpadu Al Muslimun.

 

Kata Kunci: Manjemen, Kurikulum, Pendidikan, Tahfiz Qur’an.

 

PENDAHULUAN

Salah satu keberhasilan Pendidikan termasuk pendidikan dayah sangatditentukan oleh keberhasilan pimpinan dalam penempatan tenaga kependidik dan dalam hal memenag kurikulum, tentunya penempatan wakil kepala sekolah bidang kurikulum sangatlah mempengaruhi manajemen kurikulum di sebuah dayah atau sekolah, selain itu guru juga sangat berpengaruh dan bertanggungjawab atas berjalannya manajemen kurikulum dengan baik di ruang kelas sehingga penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan yaitu seperti pengertian kurikulum ini sendiri ; Kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu,curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memeperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memeperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa recana pelajara, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat yang lainnya dan akhirnya mencapai garis akhir (finish) (Hamalik,2008:16). Manajemen kurikulum yang dimaksud peneliti adalah Manajemen Kurikulum Dayah Terpadu Al-Muslimun yaitu sesuai dengan fungsinya meliputi bagaimana perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sehingga terjadi peningkatan pada program Tahfiz Qur’an. Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan bagaimana perencanaan, pelaksanaan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam hal peningkatan program tahfiz Qur’an didayah tersebut.

Oleh karena itu pengelola Lembaga harus benar – benar memberi pelatihan kepada guru agar mareka mengerti betul bagaimana penerapan manajemen kurikulum dengan baik sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Guru juga tidak semata – mata sebagai pengajar yang melakukan transper ilmu atau nilai – nilai, namun sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.(Sudirman,2005:125). Temuan penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, kurangnya perhatian orang tua, atau kelemahan – kelemahan pada pihak guru, tetapi factor yang cukup kuat mempengaruhi adalah prilaku ke pemimpinan yang tidak tepat guna termasuk kemampuan manajerial seorang guru dan kepala sekolah dalam mengatur manajemen khususnya manajemen kurikulum. Penelitian tersebut salah satunya yang dilakukan oleh Riyuzen Praja Tuala dalam Disertasinya yang berjudul, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/Madrasah ( Studi Kasus di SMA Al-Kausar Bandar Lampung dan Madrasah Aliyah Negeri I (MAN MODEL) Bandar Lampung) (desertasi :Tuala:2016) 

Dari hasil obsevasi di lapangan  penulis menemukan fenomena yang baik di dayah terpadu Al – Muslimun Lhoksukon dan ini menjadi permasalahan yang negatif dan menjadi tarikan tersendiri hingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi ini. Adapun fenomena tersebut, antara lain menunjukkan bahwa : 1) Adanya Program Tahfiz Qur’an di dayah terpadu Al-Muslimun Lhoksukon. 2) adanya perpaduan Kurikulum pemerintah dengan muatan lokal Dayah Al Muslimun Lhoksukon, 3) Manajemen Dayah yang baik, 4) Lahirnya semangat menghafal Al Qur’an dari peserta didik di dayah Al Muslimun Lhoksukon. 5) Meningkatnya jumlah murid yang sangat signifikan dari 250 siswa mencapai 1500-san siswa pada saat ini. Selain faktor negatif diatas dalam observasi awal penulis juga mengidentifikasikan ada beberapa hal yang perlu dipertajam kembali antara lain adalah pertama, perencanaan  manajemen kurikulum yang belum begitu optimal, kedua pelaksanaan kurikulum yang masih tumpang tindih antara pejaran umum dengan muatan lokal antara lain dengan program tahfiz Qur’an.

 Berdasarkan observasi  sebagaimana terdeskripsi temuan diatas, ada beberapa alasan yang  mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Pertama, manajemen Dayah terpadu Al Muslimun mencapai kemajuan yang baik akhir – akhir ini walau belum begitu optimal salah satu indikatornya adalah adanya penambahan peserta didik yang sangat signifikan dalam 3 tahun terakhir, dari observasi awal penulis menemukan salah satu penyebabnya adalah dengan dibukanya program tahfiz Qur’an  di dayah tersebut.  Kedua, tema Manjemen masih menarik kuhususnya manjemen kurikulum untuk dilakukan mengingat perkembangan ilmu manajemen yang masih terus meningkat, secara umum manjemen kurikulum di lembaga pendidikan Islam, yang berjalan sangat pesat akhir – akhir ini. 

 Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka mendorong penulis untuk meneliti Bagaimana Manajemen Kurikulum yang diterapkan di dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon, yang peneliti fokuskan tentang bagaimana perencanaannya, pelaksanannya dan apa saja yang menjadi faktor pendukung serta apa saja faktor penghambatnya program tahfiz Al Qur’an di Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon, dalam hal ini penulis mengambil judul, yaitu ; Manajemen Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program Tahfiz Qur’an. 

            METODE  PENELITIAN

                  Penelitian dilaksanakan di Dayah Terpadu Al – Muslimun Lhoksukon yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen kurikulum dayah dalam hal perencanaan, pelaksanaan serta bagaiman dukungan juga hambatan dalam hal peningkatan program tahfiz Qur’an. Jenis penelitian ini kualitatif dengan pendekatan  deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan jenis kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,2007:3). Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik yaitu lebih bersifat umum, fleksibel, dinamis dan eksploratif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap terhadap Manajemen Kurikulum di  Dayah Terpadu Al-Muslimun khususnya dalam hal pengelolaan  program Tahfiz Qur’an dan bagaimana terjadi peningkatan dengan perpaduan kurikulum yang ada di dayah tersebut.

   Penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu atau kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan.(Sugiyono, 2014:347) Dan mengaitkan variabel - variable yang digunakan agar menghasilkan kesimpulan yang tepat yaitu antara manajemen kurikulum dan peningkatan program Tahfiz Qur’an dengan fokus rumusan masalah bagaimana perencanaan, bagaimana pelaksanaan serta apasaja dukungan dan hambatan dalam hal peningkatan program Tahfiz Qur’an di dayah Al Muslimun Lhoksukon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen kurikulum di Dayah Terpadu Al-Muslimun berjalan sesuai dengan kaidah dari fungsi-fungsi manajemen itu sendiri , yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi didalam menjalankan kurikulum. Kurikulum pendidikan di Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon merupakan kurikulum gabungan dari Kementerian Agama Republik Indonesia dan kurikulum Dayah Salafi, hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Pimpinan Dayah, Ust Arif Rahmatillah kepada  peneliti mengatakan:

“ kami di Dayah ini  mengadopsi kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini kita mengikuti kurikulum dari Kementerian Agama RI , karena pendidikan formal kita adalah MI, MTs dan MA. Selain itu kami di Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon mengadopsi kurikulum Dayah Salafi, dimana kita ikut mengajarkan kitab-kitab kuning sebagaimana dayah di Aceh pada umumnya, walau tidak kami pungkiri masih banyak keterbatasan yang kami miliki”(wawancara, 10 juli 2020) .

    Dalam pembahasan ini peneliti memfokuskan pembahasan  tiga hal sesuai rumusan yang telah disebutkan diatas yaitu; Pertama perencanaan kurikulum dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon. Berdasarkan Hasil penilitian bahwa perencanaan kurikulum di dayah terpadu Al Muslimun dilaksanakan berdasarkan hasil rapat kerja Dayah yang dituangkan kedalam Job Description pengemban amanah, mulai dari Pimpinan dayah, kepala – kepala sekolah, kepala Asrama, kepala pengasuhan serta koordinator Tahfiz Al Qur’an juga jabatan – jabatan lainnya yang ada dalam struktur. Semua perencanaan tidak terlepas dari Job Description yang telah di sepakati bersama.

   Kurikulum dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon adalah perpaduan dari kurikulum Pemerintah Kementrian Agama RI yang dipadukan dengan Kurikulum Dayah Salafi, Kurikulum Tahfiz Al Qur’an termasuk kedalam Kurikulum dayah Salafi.  Program tahfiz      Al Qur’an di Dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon di bagikan dalan 2 (dua) kelompok, pertama, Program Tahfiz yaitu program khusus Tahfiz yang di ikuti oleh siswa – siswa yang dari awal mendaftarkan diri dalam jurusan Tahfiz yang target hafalan mereka hingga 15 Juz namun tidak tertutup kemungkinan ada yang mengkhatamkan 30 Juz. Kedua Tahfiz Kelas Reguler yaitu program tahfiz yang yang dipadukan kedalam mata pelajaran di tingkat MTs dilanjutkan dengan program hafalan mandiri di tingkat MA, program tahfiz reguler ini di wajibkan bagi setiap santri atau siswa selama belajar di Al Muslimun, semua siswa wajib mengkhatamkan hafalan 3 juz sampai 5 juz Al Qur’an. Perencanaan Kurikulum Tahfiz Al Qur’an dilakukan sesuai dengan Job Description yang sudah dipersiapkan oleh lembaga. Perencanaan (planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena organizing, staffing, directing dan kontroling pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini adalah dinamis. Perencanaan ini ditunjukkan untuk masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan dan situasi. Perencanaan diproses oleh perencana (planner), hasilnya menjadi rencana (plan). Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan rencana. (Hasibuan, 2011:91) Richard L. Daft mengatakan bahwa perencanaan adalah mengidentifikasi berbagai tujuan untuk kinerja organisasi dimasa mendatang serta memutuskan tugas dan penggunaaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya. perencanaan adalah tindakan yang dilakukanuntuk menentukan tujuan perusahan ( Daft, 2010:212)

       Dalam penelitian ini peneliti menemukan baik dalam observasi maupun dalam wawancara dengan pihak terkait bahwa perencanaan manejemen kurikulum didayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah berjalan dengan baik. Program Tahfiz Qur’an di Dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah direncanakan dan dipertimbangkan serta disusun materi menghafal Al-Qur’an khususnya juz 30 – 28  melalui Rapat Program  kerja  (Raker) Tahunan yang disepakati oleh  Kepala MTs dan MA dan seluruh Dewan Guru, baik guru umum maupun Guru Al Qur’an dan semua program yang telah disusun dilaksanakan oleh pengelola Tahfiz Al Qur’an yang diketuai oleh koordinator tahfiz Qur’an dan dibantu oleh para guru Al Qur’an.

  Peneliti menemukan dalam hal perencanaan Manajemen Kurikulum dalam meningkatkan program Tahfiz Al Qur’an dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon yang pertama, membentuk struktur pengelola tahfiz Al Qur’an, kedua, membuat jadwal jadwal, roster pelajaran, buku evaluasi dan raport tahfiz, ketiga, mengadakan program – program penunjang dalam rangka membangkitkan motivasi anak dalam menghafal Al Qur’an. Antara lain: perlombaan Musabaqah Qur’an dan Bakat TTQ       ( Tahfiz, Tasmi’ Al Qur’an).

Peneliti menemukan secara umum Perencanaan manajemen Kurikulum di Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon telah di lakukan sesuai tahapan seperti yang di ungkapkan Syarifuddin dalam bukunya menklasifikasikan tahapan dalam manajemen kurikulum sebagai berikut ;

Tahap perencanaan meliputi: 1) menjabarkan GBPP menjadi analisis mata pelajaran (AMP); 2) menghitung hari kerja efektif dan jam pelajaran efektif untuk setiap mata pelajaran, hari libur, hari untuk ulangan, dan hari-hari tidak efektif; 3) menyusun Program Tahunan (Prota); 4) menyusun Program Satuan Pelajaran (PSP); dan 5) menyusun Rencana Pengajaran (RP). Tahap pengorganisasian dan koordinasi meliputi: 1) pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata, sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru; 2) penyusunan jadwal pelajaran diupayakan agar guru mengajar maksimal 5 hari per minggu, sehingga ada satu hari tidak mengajar untuk pertemuan MGMP; 3) penyusunan jadwal kegiatan perbaikan dan pengayaan; 4) Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler; dan 5) penyusunan jadwal penyegaran guru. Pada tahap pelaksanaan, tugas utama kepala sekolah adalah melakukan supervisi untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi. Dengan cara ini, guru merasa didampingi pimpinan sehingga bisa meningkatkan semangat kerja. Tahap pengendalian atau pengawasan meliputi: 1) kepala sekolah perlu mengingatkan para guru bahwa evaluasi memiliki tujuan ganda, yaitu untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan mengetahui kesulitan siswa; 2) hasil evaluasi harus benar-benar dimanfaatkan guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.(Syarifuddin,2005: 240-243)

            Peneliti menemukan Perencanaan Manajemen kurikulum dayah terpadu Al Muslimun secara umum sudah dilakukan dengan baik, sehingga tidak heran jika akreditasi sekolah dari jenjang MI, MTs dan MA sudah memperoleh Akreditasi ( A ) dari pemerintah. Namun secara khusus dalam hal peningkatan Program Tahfiz Al Qur’an masih perlu adanya pebaikan – perbaikan. Terutama dalam hal perencanaan. 

          Kedua, pelaksanaan kurikulum dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon, kurikulum di dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon adalah perpaduan kurikulum Kementrian Agama RI dengan kurikulum Dayah Salafi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan manajemen Kurikulum di Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon sudah berjalan sejalan dengan pendapat Sulistyorini, yang menyatakan bahwa manajemen adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainya.(Sulistyorini, 2009 :6-10)

          Namun dalam hal ini ditemukan bahwa Sumber Daya tidak dipergunakan dengan baik khususnya dalam hal pembinaan Tahfiz Qur’an, terlihat secara ke ilmuan bayak dewan guru yang layak dilibatkan dalam program Tahfiz Qur’an namun dalam pelaksanaan guru yang terlibat dalam program tahfiz Qur’an tidak memadai, dengan kata lain jumlah murid  yang mengikuti program tidak sebanding dengan jumlah guru yang mengelola program atau yang terlibat dalam program tahfiz Qur’an masih perlu ditambah.

Terlepas dari tidak meratanya distribusi guru, peneliti menemukan  bahwa manjemen kurikulum didayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah berjalan sesuai dengan kaidah fungsi manajemen menurut Terry yaitu: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (pengawasan dan evaluasi).( dalam Marno dan Supriyanto, 2008:29-32). Berdasarkan proses manajemen sebagaimana telah dikemukakan tersebut, para pakar manajemen pada era sekarang mengabstraksikan proses manajemen menjadi 4 proses, yaitu: planning, organizing, actuating, controlling (POACH). Dan ke 4 tahapan tersebut telah dilakukan oleh pengelola Dayah dan juga oleh pengelola Program Tahfiz Qur’an.

   Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Sehingga tahap pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan implementasi dari perencanaan manajemen kurikulum yang telah dirumuskan dan mendayagunakan fungsi organisasi pendidikan, sehingga dapat mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, sumber daya manusia, dialokasikan, jadwal dan waktu kegiatan ditetapkan, demikian juga hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan, seperti mekanisme pendelegasian wewenang, pembagian tugas dan tanggung jawab dan sebagainya. (Jurnal: Lubis ,2015:19)

           Peneliti menemukan bahwa dalam hal pelaksanaan manajemen kurikulum secara umum telah berjalan dengan baik di Dayah Terpadu   Al Muslimun Lhoksukon begitupun dalam hal peningkatan program tahfiz Al Qur’an terus meningkat dan terus berbenah, terlihat dari minat santri dalam memenuhi kelas tahfiz terus meningkat dari tahun ketahun.

Kedua,Faktor pendukung dan penghambat Manajemen Kurikulum Dayah terpadu Al-Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program Tahfiz Qur’an. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa Faktor Pendukung dan Penghambat atau kendala manajemen kurikulum dalam hal peningkatan program Tahfiz Al Qur’an di Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon, faktor pendukung dan penghambat ini peneliti lebih melihat dalam hal pelaksanaan di lapangan sedangkan secara manjerial semua berjalan dengan baik. Berikut beberapa faktor pendukung dan penghambat yang peneliti temukan;

Pertama, Faktor pendukung

 Faktor pendukung Manajemen kurikulum dalam meningkatkan program Tahfiz Qur’an  yang peneliti temukan dalam penelitian adalah :

a.    Dukungan penuh dari Pimpinan Pasantren, yaitu pimpinan yang juga penggas utama pelembaga tahfiz Qur’an di dayah terpadu Al Muslimun yang dimulai sejak tahun 2013 hingga saat ini.

b.    Dukungan Manejerial Dayah ; Dalam hal manejerial di didayah tepadu Al Muslimun sudah berjalan standar dan maksimal sehingga pendataan, pengarsipan dan pengelolaan lembaga berjalan sesuai fungsi manajemen.

c.    Dukungan Wali santri, dalam hal peningkatan tahfiz Qur’an wali santri sangat mendukung akan program tahfiz Al Qur’an, sehingga banyak wali santri yang menjadikan salah satu Alasan anaknya di sekolahkan di Dayah terpadu Al Muslimun karena adanya program Tahfiz Al Qur’an.

d.    Dukungan minat dan Usia belajar santri, dalam ini penulis menemukan bahwa para santri rata – rata sangat berminat menghafal Al Qur’an tentunya dengan berbagai alasan masing – masing, selain itu usia belajar juga sangat mendukung peningkatan program tahfiz Al Qur’an, yaitu semua santri berusia antara umur 13 sampai 20 tahun yang mana usia tersebut adalah usia emas dalam hal hafal menghafal termasuk menghafal Al Qur’an, sehingga para guru dengan mudah mengajarkan santri baik dalam hal mengajarkan Tajwid  maupun dan hal pengafalan.

e.    Dunkungan Sarana Prasarana; Sarana Dayah adalah salah satu hal yang sangat mendukung program Tahfiz Al Qur’an, mulai dari kelas yang nyaman dan halaman yang luas sehingga anak – anak bisa memilih sendiri tempat yang nyaman untuk menghafal Al Qur’an. Tidak diragukan lagi luas Area Dayah Al Muslimun sangat mendukung keberlansungan program Tahfiz Al Qur’an.

       Selain faktor pendukung yang sudah peneliti tuliskan diatas tentunya masih banyak potensi – potensi lain yang mendukung peningkatan program tahfiz Al Qur’an baik secara lansung maupun tidak lansung.

Kedua, Faktor penghambat

      Adapun faktor penghambat atau kendala dalam hal peningkatan program Tahfiz Al Qur’an  peneliti menemukan beberapa hal berikut ;

a.      Kurangnya Guru Tahfiz; banyaknya minat santri masuk kejurusan Tahfiz tidak dibarengi dengan banyaknya minat guru menjadi guru Tahfiz sehingga yang terjadi disini ketidak seimbangan antara jumlah murid dengan rasio guru pengajar dan hal ini menyebabkan kurang efektifnya dalam hal setoran hafalan.

b.      Jadwal Sering berbenturan; perpaduan kurikulum belum sempurna sehingga menyebabkan jadwal program tahfiz Al Qur’an masih sering terbentur dengan program lain sehingga banyak Santri kelas Tahfiz tidak dapat mengejar target hafalan.

c.       Komunikasi Antar bidang tidak berjalan dengan baik ; Dalam komunikasi ini sering tidak singkron antara bidang – bidang yang ada dengan pengelola tahfiz Al Qur’an, sehingga program tahfiz Qur’an disamakan dengan ektrakurikuler lainnya yang tidak begitu penting untuk dijalankan.

d.      Belum adanya pelembagaan Tahfiz Qur’an; penulis melihat bahwa Program Tahfiz Al Qur’an hanya sebatas di pimpin oleh seorang koordinator yang berada dibawah kendali kepala sekolah, yang seharusnya program tahfiz Al Qur’an di dayah Al Muslimun sudah layak dijadikan sebuah Bidang atau lembaga khusus yang menangani Tahfizul Qur’an yang memiliki otoritas tersendiri dan kantor tersendiri yang lansung berada dibawah pimpinan dayah.

e.       Persepsi Tentang Tahfiz Al Qur’an ; Peneliti menemukan bahwa Persepsi tentang Tahfiz Al Qur’an di dayah belumlah sama sehingga antara guru Tahfiz dengan guru umum  sering terjadi perbedaan dalam hal menjalankan program tahfiz Al Qur’an, dalam hal ini penulis maksudkan adalah persepsi dalam hal pelaksanaan bukan dalam hal manajemen.

Peneliti melihat faktor penghambat diatas lebih dalam hal tataran pelaksaan oleh kurang baiknya komunikasi antar lembaga atau tidak adanya pola komunikasi yang di atur. Dari hasil temuan peneliti bahwa sangat banyaknya bidang – bidang dan koordinator – koordinator  dalam struktur dayah, maka sangat di dibutuhkan pola koordinasi yang efesian dan terstruktur sehingga antara satu program dengan program lain bisa berjalan selaras saling mendukung dan saling melengkapi sehingga faktor – faktor penghambat seperti diatas tidak ditemukan, kalaupun ada mudah mengatasinya.

 

  KESIMPULAN

        Dari hasil dan pembahasan diatas maka Peneliti dapat memberi kesimpulan sebagai berikut; Pertama;Perencanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah berjalan dengan baik sebagaimana tertuang dalam Job Description Dayah di mana terlihat pembagian tugas dengan jeles bagi setiap pemangku jabatan baik di jenjang  MTs dan MA. Juga koordianator Tahfiz Al Qur’an bagaimana perencanaan dalam pengelolaan Tahfiz Al Qur’an, sehingga program Tahfiz Al Qur’an terus meningkat sesuai harapan yang di inginkan. Kedua ; Pelaksanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon berjalan dengan baik, pelaksanaannya dengan memadukannya dua kurikulum yaitu kurikulum Kementrian Agama RI dengan Kurikulum dayah Salafi yang didalamnya juga sudah termasuk kurikulum tahfiz Qur’an. Pelaksaan tahfiz Al Qur’an juga sudah berjalan dimana pengelola membagikan pelaksanaan Tahfiz Al Qur’an menjadi dua kelompok program yaitu program Tahfiz dan Program Tahfiz Reguler. Ketiga; Faktor pendukung dan penghambat Manejemen kurikulum Dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program tahfiz Al Qur’an,  peneliti berkesimpulan dari beberapa temuan dalam penelitian antara lain, dalam hal dukungan peneliti melihat adanya dukungan pimpinan Pasantern atau Dayah, dukungan wali santri, minat santri, usai belajar santri serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga program peningkatan program tahfiz berjalan dengan baik. Sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya tenaga pengajar yang dilibatkan, dalam mengelola Tahfiz tidak sebanding antara perserta program Tahfiz dengan guru yang mengejar, penghambat lain adalah jadwal program Tahfiz sering terbentur dengan program lain, komunikasi antar bidang kurang efektif, selain itu belum adanya perlembagaan Tahfiz juga menjadi kedala yang harus diperhatikan dengan serius oleh pihak petinggi dayah Terpadu Al Muslimun.

 

 

DAFTAR REFERENSI

 

BUKU

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Offset, 2007.

Richard L. Daft, Era Baru Manajemen, Jakarta: Salemba Empat, Ed Ke-9 2010.

Malayu SP Hasibuan, Dasar Pengertian dan Masalah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.

Marno dan Trio Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Aditama, 2008.

Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran, cet. 8, Jakarta: Bumi Aksara 2008

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada  2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Aplikasi, Yogyakarta: Teras, 2009.

Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005.

 

JURNAL

Amri Yusuf Lubis, Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Pada SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar (Jurnal Administrasi Pendidikan Pasca  Unsyiah Volume 3. 2015.

 

DESERTASI

Riyuzen Praja Tuala, Disertasi, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah/Madrasah  Studi Kasus di SMA Al-Kausar Bandar Lampung dan Madrasah Aliayh Negeri I (MAN MODEL) Bandar Lampung) “IAIN Raden Intan, Lampung 2016.

Share on : Facebook Twitter Google+

Tidak ada komentar:

Posting Komentar