0leh : Zulkarnen
IAIN Lhokseumaawe (zulkarnen.ga@gmail.com)
ABSTRACT
This study
aims to find out how the implementation of Curriculum Management in improving
the Tahfiz Qur'an program at the Integrated Dayah Al Muslimun Lhoksukon. This research
was conducted using a qualitative approach with a descriptive qualitative
research type. Information about the research subject was obtained through
interviews, observations and documentation of the Dayah Al Muslimun
Environment, Dayah leaders, Curriculum Deputy, Tahfiz coordinator, Tahfiz
teachers, students and guardians of students. While the data analysis
techniques used consisted of data reduction, data display, and drawing
conclusions. The results of this study, that curriculum management at the Al
Muslimun Integrated Dayah has been running well, as can be seen from the
Implementation of the Al Muslimun Lhoksukon Integrated Dayah Curriculum which
is complete with related documents. The planning of the Al Muslimun Lhoksukon
Integrated Dayah Curriculum has been stated in the Job Description, its
implementation by combining two curricula, namely the Indonesian Ministry of
Religion curriculum with the Salafi Dayah curriculum which includes the Qur'an
tahfiz curriculum. Supporting and inhibiting factors for the management of the
integrated Dayah curriculum of Al Muslimun Lhoksukon in improving the Tahfiz Al
Qur'an Program, the researchers concluded from several findings in the study,
among others, in terms of support, researchers saw support from Dayah leaders,
support for guardians of students, interest in students, after studying
students. as well as support for facilities and infrastructure, the improvement
of the tahfiz program is running well. While the inhibiting factor; lack of
teaching staff involved in managing Tahfiz; not comparable between Tahfiz
program participants and teachers who pursue, other obstacles are the schedule
of Tahfiz programs often collide with other programs, communication between
fields is less effective, besides the absence of an independent Tahfiz
institution is an obstacle that must be seriously considered by the leaders of
the Integrated Dayah Al Muslim.
foto : Sintriwati Almuslimun sendang membaca Al Qur'an
Keywords: Management, Curriculum, Education, Tahfiz Qur'an.
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Manejemen Kurikulum dalam
meningkatkan program Tahfiz Qur’an di dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian kualitatif deskriptif. Informasi mengenai subjek penelitian
didapatkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap Lingkungan
Dayah Al Muslimun, Pimpinan dayah, Waka Kurikulum, koordinator Tahfiz,guru
tahfiz, peserta didik serta wali santri. Sedangkan teknik analisis data yang
digunakan terdiri dari reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini, bahwa manajemen kurikulum di dayah terpadu Al
Muslimun telah berjalan dengan baik terlihat dari Pelaksanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon yang
lengkap dengan dokumen terkait. Perencanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun
Lhoksukon sudah sudah tertuangkan dalam Job
Description, pelaksanaannya dengan memadukannya dua kurikulum yaitu
kurikulum Kementrian Agama RI dengan Kurikulum dayah Salafi yang didalamnya
juga sudah termasuk kurikulum tahfiz Qur’an. Faktor pendukung dan penghambat
Manejemen kurikulum Dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan
Program tahfiz Al Qur’an, peneliti
berkesimpulan dari beberapa temuan dalam penelitian antara lain, dalam hal
dukungan peneliti melihat adanya dukungan pimpinan Dayah, dukungan wali santri,
minat santri, usai belajar santri serta dukungan sarana dan prasarana,
peningkatan program tahfiz berjalan dengan baik. Sedangkan faktor penghambat;
kurangnya tenaga pengajar yang dilibatkan, dalam mengelola Tahfiz; tidak
sebanding antara perserta program Tahfiz dengan guru yang mengejar, penghambat
lain adalah jadwal program Tahfiz sering terbentur dengan program lain, komunikasi
antar bidang kurang efektif, selain itu belum adanya perlembagaan Tahfiz yang
mandiri menjadi kedala yang harus diperhatikan dengan serius oleh pihak
petinggi dayah Terpadu Al Muslimun.
Kata
Kunci: Manjemen, Kurikulum, Pendidikan, Tahfiz Qur’an.
PENDAHULUAN
Salah satu keberhasilan Pendidikan termasuk pendidikan dayah sangatditentukan oleh keberhasilan
pimpinan dalam penempatan tenaga kependidik dan dalam hal memenag kurikulum, tentunya penempatan wakil kepala
sekolah bidang kurikulum sangatlah mempengaruhi manajemen kurikulum di sebuah
dayah atau sekolah, selain itu guru juga sangat berpengaruh dan bertanggungjawab
atas berjalannya manajemen kurikulum dengan baik
di ruang kelas sehingga penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan yaitu seperti pengertian kurikulum ini sendiri ; Kurikulum berasal
dari bahasa latin yaitu,curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memeperoleh
ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memeperoleh ijazah. Dalam
hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah
menempuh kurikulum yang berupa recana pelajara, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu
tempat ketempat yang lainnya dan akhirnya mencapai garis akhir (finish) (Hamalik,2008:16). Manajemen kurikulum yang dimaksud peneliti adalah Manajemen Kurikulum Dayah Terpadu Al-Muslimun yaitu sesuai
dengan fungsinya meliputi bagaimana perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengawasan sehingga terjadi peningkatan pada program Tahfiz Qur’an. Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan bagaimana perencanaan,
pelaksanaan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam hal peningkatan
program tahfiz Qur’an didayah tersebut.
Oleh karena itu pengelola Lembaga harus
benar – benar memberi pelatihan kepada guru agar mareka mengerti betul bagaimana penerapan manajemen kurikulum dengan baik sesuai dengan
tuntutan zaman yang semakin berkembang. Guru juga tidak semata – mata sebagai pengajar yang melakukan transper ilmu atau nilai – nilai, namun sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.(Sudirman,2005:125). Temuan penelitian lainnya juga menunjukkan
bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya disebabkan oleh
kurangnya motivasi belajar, kurangnya perhatian orang tua, atau kelemahan –
kelemahan pada pihak guru, tetapi factor yang cukup kuat
mempengaruhi adalah prilaku ke pemimpinan yang tidak tepat guna termasuk
kemampuan manajerial seorang guru dan kepala sekolah dalam mengatur manajemen
khususnya manajemen kurikulum. Penelitian tersebut
salah satunya yang dilakukan oleh Riyuzen
Praja Tuala dalam Disertasinya yang berjudul, Manajemen Peningkatan Mutu
Sekolah/Madrasah ( Studi Kasus di SMA Al-Kausar Bandar Lampung dan Madrasah
Aliyah Negeri I (MAN MODEL) Bandar Lampung) (desertasi :Tuala:2016)
Dari hasil obsevasi di lapangan penulis menemukan fenomena yang baik di dayah terpadu Al – Muslimun Lhoksukon dan ini menjadi permasalahan yang negatif dan menjadi tarikan tersendiri
hingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi ini. Adapun
fenomena tersebut, antara lain menunjukkan bahwa : 1) Adanya Program Tahfiz
Qur’an di dayah terpadu Al-Muslimun Lhoksukon. 2) adanya perpaduan Kurikulum pemerintah dengan muatan lokal Dayah Al Muslimun
Lhoksukon, 3) Manajemen Dayah yang baik, 4) Lahirnya
semangat menghafal Al Qur’an dari peserta didik di dayah Al Muslimun Lhoksukon. 5) Meningkatnya jumlah
murid yang sangat signifikan dari 250 siswa mencapai 1500-san siswa pada saat
ini. Selain faktor negatif diatas dalam observasi awal penulis juga
mengidentifikasikan ada beberapa hal yang perlu dipertajam kembali antara lain
adalah pertama, perencanaan manajemen
kurikulum yang belum begitu optimal, kedua pelaksanaan kurikulum yang masih
tumpang tindih antara pejaran umum dengan muatan lokal antara lain dengan
program tahfiz Qur’an.
Berdasarkan observasi sebagaimana terdeskripsi temuan diatas, ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Pertama, manajemen Dayah terpadu Al Muslimun mencapai kemajuan yang baik akhir – akhir ini walau belum begitu
optimal salah satu indikatornya adalah adanya penambahan peserta didik yang
sangat signifikan dalam 3 tahun terakhir, dari observasi awal penulis menemukan salah
satu penyebabnya
adalah dengan dibukanya program tahfiz Qur’an
di dayah tersebut. Kedua, tema Manjemen masih menarik kuhususnya manjemen kurikulum untuk dilakukan
mengingat perkembangan ilmu manajemen yang masih terus
meningkat, secara umum manjemen kurikulum di lembaga pendidikan Islam, yang berjalan sangat pesat akhir –
akhir ini.
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas maka mendorong penulis untuk meneliti Bagaimana Manajemen Kurikulum yang diterapkan di dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon, yang peneliti fokuskan tentang bagaimana perencanaannya, pelaksanannya dan apa saja yang menjadi faktor pendukung serta apa saja faktor penghambatnya program tahfiz Al Qur’an di Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon, dalam hal ini penulis mengambil judul, yaitu ; Manajemen Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program Tahfiz Qur’an.
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilaksanakan di Dayah Terpadu Al – Muslimun Lhoksukon yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen kurikulum dayah
dalam hal perencanaan, pelaksanaan serta bagaiman dukungan juga hambatan dalam
hal peningkatan program tahfiz Qur’an. Jenis penelitian ini kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan jenis kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,2007:3). Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik yaitu lebih bersifat
umum, fleksibel, dinamis dan eksploratif. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap terhadap Manajemen Kurikulum di Dayah Terpadu Al-Muslimun khususnya dalam hal
pengelolaan program Tahfiz Qur’an dan
bagaimana terjadi peningkatan dengan perpaduan kurikulum yang ada di dayah
tersebut.
Penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu atau kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan.(Sugiyono, 2014:347) Dan mengaitkan variabel - variable yang digunakan agar menghasilkan kesimpulan yang tepat yaitu antara manajemen kurikulum dan peningkatan program Tahfiz Qur’an dengan fokus rumusan masalah bagaimana perencanaan, bagaimana pelaksanaan serta apasaja dukungan dan hambatan dalam hal peningkatan program Tahfiz Qur’an di dayah Al Muslimun Lhoksukon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen kurikulum
di Dayah Terpadu Al-Muslimun berjalan sesuai dengan kaidah dari fungsi-fungsi
manajemen itu sendiri , yaitu adanya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi didalam menjalankan kurikulum. Kurikulum pendidikan di Dayah
Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon merupakan kurikulum gabungan dari Kementerian Agama
Republik Indonesia dan kurikulum Dayah Salafi, hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan Pimpinan Dayah, Ust Arif Rahmatillah kepada peneliti mengatakan:
“ kami di Dayah ini
mengadopsi kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini kita
mengikuti kurikulum dari Kementerian Agama RI , karena pendidikan formal kita
adalah MI, MTs dan MA. Selain itu kami di Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon
mengadopsi kurikulum Dayah Salafi, dimana kita ikut mengajarkan kitab-kitab
kuning sebagaimana dayah di Aceh pada umumnya, walau tidak kami pungkiri masih
banyak keterbatasan yang kami miliki”(wawancara, 10 juli 2020) .
Dalam pembahasan ini peneliti memfokuskan
pembahasan tiga hal sesuai rumusan yang
telah disebutkan diatas yaitu; Pertama perencanaan kurikulum dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon. Berdasarkan Hasil penilitian bahwa perencanaan kurikulum di dayah
terpadu Al Muslimun dilaksanakan berdasarkan hasil rapat kerja Dayah yang
dituangkan kedalam Job
Description pengemban amanah, mulai dari Pimpinan
dayah, kepala – kepala sekolah, kepala Asrama, kepala pengasuhan serta
koordinator Tahfiz Al Qur’an juga jabatan – jabatan lainnya yang ada dalam
struktur. Semua perencanaan tidak terlepas dari Job Description yang telah di sepakati bersama.
Kurikulum
dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon adalah perpaduan dari kurikulum Pemerintah
Kementrian Agama RI yang dipadukan dengan Kurikulum Dayah Salafi, Kurikulum
Tahfiz Al Qur’an termasuk kedalam Kurikulum dayah Salafi. Program tahfiz Al Qur’an di Dayah terpadu Al Muslimun
Lhoksukon di bagikan dalan 2 (dua) kelompok, pertama, Program Tahfiz yaitu program khusus Tahfiz yang di ikuti
oleh siswa – siswa yang dari awal mendaftarkan diri dalam jurusan Tahfiz yang
target hafalan mereka hingga 15 Juz namun tidak tertutup kemungkinan ada yang
mengkhatamkan 30 Juz. Kedua Tahfiz
Kelas Reguler yaitu program tahfiz yang yang dipadukan kedalam mata pelajaran
di tingkat MTs dilanjutkan dengan program hafalan mandiri di tingkat MA,
program tahfiz reguler ini di wajibkan bagi setiap santri atau siswa selama
belajar di Al Muslimun, semua siswa wajib mengkhatamkan hafalan 3 juz sampai 5
juz Al Qur’an. Perencanaan Kurikulum Tahfiz Al Qur’an dilakukan sesuai dengan Job Description yang sudah dipersiapkan oleh lembaga. Perencanaan
(planning) adalah fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena organizing, staffing,
directing dan kontroling pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan
ini adalah dinamis. Perencanaan ini ditunjukkan untuk masa depan yang penuh
dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan dan situasi. Perencanaan
diproses oleh perencana (planner), hasilnya menjadi rencana (plan). Perencanaan
adalah suatu proses untuk menentukan rencana. (Hasibuan, 2011:91) Richard L. Daft mengatakan bahwa perencanaan adalah
mengidentifikasi berbagai tujuan untuk kinerja organisasi dimasa mendatang serta
memutuskan tugas dan penggunaaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.
perencanaan adalah tindakan yang dilakukanuntuk menentukan tujuan perusahan ( Daft, 2010:212)
Dalam penelitian ini peneliti menemukan
baik dalam observasi maupun dalam wawancara dengan pihak terkait bahwa
perencanaan manejemen kurikulum didayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah
berjalan dengan baik. Program Tahfiz Qur’an di Dayah
terpadu Al
Muslimun Lhoksukon sudah direncanakan dan dipertimbangkan serta disusun materi
menghafal Al-Qur’an khususnya juz 30 – 28 melalui Rapat Program kerja (Raker) Tahunan
yang disepakati oleh Kepala MTs dan MA dan seluruh Dewan Guru, baik guru umum maupun Guru
Al Qur’an dan semua program yang telah disusun dilaksanakan oleh pengelola Tahfiz Al Qur’an yang diketuai oleh koordinator
tahfiz Qur’an dan dibantu
oleh para guru Al Qur’an.
Peneliti menemukan dalam hal perencanaan
Manajemen Kurikulum dalam meningkatkan program Tahfiz Al Qur’an dayah Terpadu
Al Muslimun Lhoksukon yang pertama,
membentuk struktur pengelola tahfiz Al Qur’an, kedua, membuat jadwal jadwal, roster pelajaran, buku evaluasi dan
raport tahfiz, ketiga, mengadakan
program – program penunjang dalam rangka membangkitkan motivasi anak dalam
menghafal Al Qur’an. Antara lain:
perlombaan Musabaqah Qur’an dan Bakat TTQ
( Tahfiz, Tasmi’ Al Qur’an).
Peneliti
menemukan secara umum Perencanaan manajemen Kurikulum di Dayah Terpadu Al
Muslimun Lhoksukon telah di lakukan sesuai tahapan seperti yang di ungkapkan
Syarifuddin dalam bukunya menklasifikasikan tahapan
dalam manajemen kurikulum sebagai berikut ;
Tahap perencanaan meliputi: 1)
menjabarkan GBPP menjadi analisis mata pelajaran (AMP); 2) menghitung hari
kerja efektif dan jam pelajaran efektif untuk setiap mata pelajaran, hari
libur, hari untuk ulangan, dan hari-hari tidak efektif; 3) menyusun Program
Tahunan (Prota); 4) menyusun Program Satuan Pelajaran (PSP); dan 5) menyusun
Rencana Pengajaran (RP). Tahap pengorganisasian dan koordinasi meliputi: 1)
pembagian tugas mengajar dan tugas-tugas lain perlu dilakukan secara merata,
sesuai dengan bidang keahlian dan minat guru; 2) penyusunan jadwal pelajaran
diupayakan agar guru mengajar maksimal 5 hari per minggu, sehingga ada satu
hari tidak mengajar untuk pertemuan MGMP; 3) penyusunan jadwal kegiatan
perbaikan dan pengayaan; 4) Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler; dan 5) penyusunan jadwal
penyegaran guru. Pada tahap pelaksanaan, tugas utama kepala sekolah adalah
melakukan supervisi untuk membantu guru menemukan dan mengatasi kesulitan yang
dihadapi. Dengan cara ini, guru merasa didampingi pimpinan sehingga bisa
meningkatkan semangat kerja. Tahap pengendalian atau pengawasan meliputi: 1)
kepala sekolah perlu mengingatkan para guru bahwa evaluasi memiliki tujuan
ganda, yaitu untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan
mengetahui kesulitan siswa; 2) hasil evaluasi harus benar-benar dimanfaatkan
guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.(Syarifuddin,2005: 240-243)
Peneliti menemukan Perencanaan
Manajemen kurikulum dayah terpadu Al Muslimun secara umum sudah dilakukan
dengan baik, sehingga tidak heran jika akreditasi sekolah dari jenjang MI, MTs
dan MA sudah memperoleh Akreditasi ( A ) dari pemerintah. Namun secara khusus
dalam hal peningkatan Program Tahfiz Al Qur’an masih perlu adanya pebaikan –
perbaikan. Terutama dalam hal perencanaan.
Kedua, pelaksanaan kurikulum dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon, kurikulum di dayah
terpadu Al Muslimun Lhoksukon adalah perpaduan kurikulum Kementrian Agama RI
dengan kurikulum Dayah Salafi. Hasil
penelitian menunjukkan pelaksanaan manajemen Kurikulum di Dayah Terpadu
Al-Muslimun Lhoksukon sudah berjalan sejalan dengan pendapat Sulistyorini, yang menyatakan bahwa manajemen
adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola
organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya
manusia dan sumber daya lainya.(Sulistyorini, 2009 :6-10)
Namun
dalam hal ini ditemukan bahwa Sumber Daya tidak dipergunakan dengan baik
khususnya dalam hal pembinaan Tahfiz Qur’an, terlihat secara ke ilmuan bayak
dewan guru yang layak dilibatkan dalam program Tahfiz Qur’an namun dalam
pelaksanaan guru yang terlibat dalam program tahfiz Qur’an tidak memadai,
dengan kata lain jumlah murid yang
mengikuti program tidak sebanding dengan jumlah guru yang mengelola program
atau yang terlibat dalam program tahfiz Qur’an masih perlu ditambah.
Terlepas
dari tidak meratanya distribusi guru, peneliti menemukan bahwa manjemen kurikulum didayah terpadu Al
Muslimun Lhoksukon sudah berjalan sesuai dengan kaidah fungsi manajemen menurut
Terry yaitu: planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), controlling (pengawasan dan evaluasi).( dalam Marno dan Supriyanto, 2008:29-32). Berdasarkan proses manajemen
sebagaimana telah dikemukakan tersebut, para pakar manajemen pada era sekarang
mengabstraksikan proses manajemen menjadi 4 proses, yaitu: planning,
organizing, actuating, controlling (POACH). Dan ke 4 tahapan tersebut telah dilakukan
oleh pengelola Dayah dan juga oleh pengelola Program Tahfiz Qur’an.
Penerapan
kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer
perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Sehingga tahap pelaksanaan
manajemen kurikulum merupakan implementasi dari perencanaan manajemen kurikulum
yang telah dirumuskan dan mendayagunakan fungsi organisasi pendidikan, sehingga
dapat mewujudkan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini,
sumber daya manusia, dialokasikan, jadwal dan waktu kegiatan ditetapkan,
demikian juga hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan,
seperti mekanisme pendelegasian wewenang, pembagian tugas dan tanggung jawab
dan sebagainya. (Jurnal: Lubis ,2015:19)
Peneliti menemukan bahwa dalam hal pelaksanaan
manajemen kurikulum secara umum telah berjalan dengan baik di Dayah
Terpadu Al Muslimun Lhoksukon begitupun
dalam hal peningkatan program tahfiz Al Qur’an terus meningkat dan terus
berbenah, terlihat dari minat santri dalam memenuhi kelas tahfiz terus meningkat
dari tahun ketahun.
Kedua,Faktor pendukung dan
penghambat Manajemen Kurikulum Dayah terpadu Al-Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program Tahfiz Qur’an. Dari hasil penelitian yang peneliti
lakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa Faktor Pendukung dan
Penghambat atau kendala manajemen kurikulum dalam hal peningkatan program
Tahfiz Al Qur’an di Dayah Terpadu Al-Muslimun Lhoksukon, faktor pendukung dan
penghambat ini peneliti lebih melihat dalam hal pelaksanaan di lapangan
sedangkan secara manjerial semua berjalan dengan baik. Berikut beberapa faktor
pendukung dan penghambat yang peneliti temukan;
Pertama,
Faktor pendukung
Faktor pendukung Manajemen kurikulum dalam
meningkatkan program Tahfiz Qur’an yang
peneliti temukan dalam penelitian adalah :
a.
Dukungan penuh dari Pimpinan
Pasantren, yaitu pimpinan yang juga penggas utama pelembaga tahfiz Qur’an di dayah
terpadu Al Muslimun yang dimulai sejak tahun 2013 hingga saat ini.
b.
Dukungan Manejerial Dayah ; Dalam hal manejerial di
didayah tepadu Al Muslimun sudah berjalan standar dan maksimal sehingga
pendataan, pengarsipan dan pengelolaan lembaga berjalan sesuai fungsi
manajemen.
c.
Dukungan Wali santri, dalam hal peningkatan
tahfiz Qur’an wali santri sangat mendukung akan program tahfiz Al Qur’an,
sehingga banyak wali santri yang menjadikan salah satu Alasan anaknya di
sekolahkan di Dayah terpadu Al Muslimun karena adanya program Tahfiz Al Qur’an.
d.
Dukungan minat dan Usia
belajar santri, dalam ini penulis menemukan bahwa para santri rata – rata sangat
berminat menghafal Al Qur’an tentunya dengan berbagai alasan masing – masing,
selain itu usia belajar juga sangat mendukung peningkatan program tahfiz Al
Qur’an, yaitu semua santri berusia antara umur 13 sampai 20 tahun yang mana
usia tersebut adalah usia emas dalam hal hafal menghafal termasuk menghafal Al
Qur’an, sehingga para guru dengan mudah mengajarkan santri baik dalam hal
mengajarkan Tajwid maupun dan hal
pengafalan.
e.
Dunkungan Sarana Prasarana; Sarana Dayah adalah salah
satu hal yang sangat mendukung program Tahfiz Al Qur’an, mulai dari kelas yang
nyaman dan halaman yang luas sehingga anak – anak bisa memilih sendiri tempat
yang nyaman untuk menghafal Al Qur’an. Tidak diragukan lagi luas Area Dayah Al
Muslimun sangat mendukung keberlansungan program Tahfiz Al Qur’an.
Selain faktor pendukung yang sudah
peneliti tuliskan diatas tentunya masih banyak potensi – potensi lain yang
mendukung peningkatan program tahfiz Al Qur’an baik secara lansung maupun tidak
lansung.
Kedua,
Faktor penghambat
Adapun faktor penghambat atau kendala
dalam hal peningkatan program Tahfiz Al Qur’an
peneliti menemukan beberapa hal berikut ;
a.
Kurangnya Guru Tahfiz; banyaknya minat santri masuk
kejurusan Tahfiz tidak dibarengi dengan banyaknya minat guru menjadi guru
Tahfiz sehingga yang terjadi disini ketidak seimbangan antara jumlah murid
dengan rasio guru pengajar dan hal ini menyebabkan kurang efektifnya dalam hal
setoran hafalan.
b.
Jadwal Sering berbenturan; perpaduan kurikulum belum
sempurna sehingga menyebabkan jadwal program tahfiz Al Qur’an masih sering
terbentur dengan program lain sehingga banyak Santri kelas Tahfiz tidak dapat
mengejar target hafalan.
c.
Komunikasi Antar bidang
tidak berjalan dengan baik ; Dalam komunikasi ini sering tidak singkron antara
bidang – bidang yang ada dengan pengelola tahfiz Al Qur’an, sehingga program
tahfiz Qur’an disamakan dengan ektrakurikuler lainnya yang tidak begitu penting
untuk dijalankan.
d.
Belum adanya pelembagaan
Tahfiz Qur’an; penulis melihat bahwa Program Tahfiz Al Qur’an hanya sebatas di pimpin
oleh seorang koordinator yang berada dibawah kendali kepala sekolah, yang
seharusnya program tahfiz Al Qur’an di dayah Al Muslimun sudah layak dijadikan
sebuah Bidang atau lembaga khusus yang menangani Tahfizul Qur’an yang memiliki
otoritas tersendiri dan kantor tersendiri yang lansung berada dibawah pimpinan
dayah.
e.
Persepsi Tentang Tahfiz Al
Qur’an ; Peneliti menemukan bahwa Persepsi tentang Tahfiz Al Qur’an di dayah
belumlah sama sehingga antara guru Tahfiz dengan guru umum sering terjadi perbedaan dalam hal
menjalankan program tahfiz Al Qur’an, dalam hal ini penulis maksudkan adalah
persepsi dalam hal pelaksanaan bukan dalam hal manajemen.
Peneliti melihat faktor penghambat diatas lebih dalam hal tataran
pelaksaan oleh kurang baiknya komunikasi antar lembaga atau tidak adanya pola
komunikasi yang di atur. Dari hasil temuan peneliti bahwa sangat banyaknya
bidang – bidang dan koordinator – koordinator
dalam struktur dayah, maka sangat di dibutuhkan pola koordinasi yang
efesian dan terstruktur sehingga antara satu program dengan program lain bisa
berjalan selaras saling mendukung dan saling melengkapi sehingga faktor –
faktor penghambat seperti diatas tidak ditemukan, kalaupun ada mudah
mengatasinya.
KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan diatas maka Peneliti dapat memberi kesimpulan sebagai berikut; Pertama;Perencanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun Lhoksukon sudah berjalan dengan baik
sebagaimana tertuang dalam Job
Description Dayah di mana terlihat pembagian tugas dengan jeles bagi setiap pemangku
jabatan baik di jenjang MTs dan MA. Juga
koordianator Tahfiz Al Qur’an bagaimana perencanaan dalam pengelolaan Tahfiz Al
Qur’an, sehingga program Tahfiz Al Qur’an terus meningkat sesuai harapan yang
di inginkan. Kedua ; Pelaksanaan Kurikulum Dayah Terpadu Al Muslimun
Lhoksukon berjalan dengan baik, pelaksanaannya dengan memadukannya dua
kurikulum yaitu kurikulum Kementrian Agama RI dengan Kurikulum dayah Salafi
yang didalamnya juga sudah termasuk kurikulum tahfiz Qur’an. Pelaksaan tahfiz
Al Qur’an juga sudah berjalan dimana pengelola membagikan pelaksanaan Tahfiz Al
Qur’an menjadi dua kelompok program yaitu program Tahfiz dan Program Tahfiz
Reguler. Ketiga;
Faktor pendukung dan penghambat Manejemen
kurikulum Dayah terpadu Al Muslimun Lhoksukon dalam meningkatkan Program tahfiz
Al Qur’an, peneliti berkesimpulan dari
beberapa temuan dalam penelitian antara lain, dalam hal dukungan peneliti
melihat adanya dukungan pimpinan Pasantern atau Dayah, dukungan wali santri,
minat santri, usai belajar santri serta dukungan sarana dan prasarana yang
memadai, sehingga program peningkatan program tahfiz berjalan dengan baik.
Sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya tenaga pengajar yang dilibatkan, dalam
mengelola Tahfiz tidak sebanding antara perserta program Tahfiz dengan guru
yang mengejar, penghambat lain adalah jadwal program Tahfiz sering terbentur
dengan program lain, komunikasi antar bidang kurang efektif, selain itu belum
adanya perlembagaan Tahfiz juga menjadi kedala yang harus diperhatikan dengan
serius oleh pihak petinggi dayah Terpadu Al Muslimun.
DAFTAR REFERENSI
BUKU
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya. Offset, 2007.
Richard
L. Daft, Era Baru Manajemen, Jakarta:
Salemba Empat, Ed Ke-9 2010.
Malayu
SP Hasibuan, Dasar Pengertian dan Masalah,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.
Marno
dan Trio Supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,
Bandung: Refika Aditama, 2008.
Oemar
Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran,
cet. 8, Jakarta: Bumi Aksara 2008
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada 2005.
Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dan R & D, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Aplikasi, Yogyakarta: Teras, 2009.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Press, 2005.
JURNAL
Amri Yusuf Lubis, Pelaksanaan
Manajemen Kurikulum Pada SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar (Jurnal Administrasi Pendidikan Pasca
Unsyiah Volume 3. 2015.
DESERTASI
Riyuzen Praja Tuala, Disertasi, Manajemen Peningkatan Mutu
Sekolah/Madrasah Studi Kasus di SMA
Al-Kausar Bandar Lampung dan Madrasah Aliayh Negeri I (MAN MODEL) Bandar
Lampung) “IAIN Raden Intan,
Lampung 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar